Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Narasi-narasi Pasca Debat Pilpres

18 Januari 2019   21:35 Diperbarui: 19 Januari 2019   20:34 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi debat capres-cawapres (Shutterstock)

Pengamat Pesanan Salah Satu Calon

Pengamat ini tentunya lebih condong menilai kekurangan salah satu paslon. Ia akan mencari sudut pandang yang berbeda entah dari gestur, rekam , jejak dan narasi, narasi sebelumnya yang menguatkan bahwa salah satu paslon memang layak menjadi looser. Ia akan berusaha mengorek data-data yang menguatkan bahwa salah satu paslon memang layak mendapat nilai merah. 

Karena memang ia dipesan untuk menjatuhkan. Salah satu pesan obyektivitas di kesampingkan dulu, ia mesti jeli mengoreng kekurangan dan menutup mata terhadap kesalahan paslon yang dibelanya.

Pengamat dari Lembaga Independen

Pengamat dari lembaga independen semacam LSM, LBH biasanya mempunyai sudut pandang sendiri. Ia bisa tidak berada di tengah-tengah tetapi berada di luar. 

Ia akan sangat kritis terhadap salah satu paslon tetapi juga tidak membela paslon lainnya. Ia lebih menyerang visi misi yang luput dari materi debat dan mencoba membuka alternatif lain yang sebetulnya menjadi titik sentral perdebatan. Ada hal-hal yang luput dari pengamatan pengamat lain dan ia tahu harus mengatakan dengan gamblang kekurangan masing-masing Paslon.

Pengamat dari Lembaga Survei

Biasanya pengamat dari lembaga survei memang mendasarkan pengamatan pada hasil survei yang dilakukan sebelumnya. Tetapi pengamat lembaga survei tentu akan lebih condong membela salah satu paslon. 

Meskipun katakanlah obyektif dalam membuat survei tetapi subyek survei tentu tetap dipilah-pilah bisa saja yang dijadikan sampling survey datang dari salah satu paslon. Bisa jadi sudah menjadi rahasia umum lembaga survei tetap mencari dana dari deal-deal dengan partai politik. Independensi masih bisa dipertanyakan.

Narasi-narasi pasca debat bagi para pecinta acara debat bisa jadi lebih menarik daripada debat itu sendiri. Keseruan-keseruan tik tok debat mengundang adrenalin dan itulah yang kadang membuat rating naik berkat debat yang seru. Beberapa media visual boleh jadi menangguk keuntungan dari debat yang sebetulnya lebih sebagai adu kecerdasan dan sebuah narasi"keminter" dari pengamat. 

Tapi memang itulah banyak orang cerdas negeri ini yang pandai menjadi pengamat tetapi implementasinya terbentur pada kepentingan politik yang akhirnya menjadi rimba raya yang menjebak. Ketika akhirnya mereka masuk dalam politik praktis para pengamat itu seakan tumpul daya kritisnya. Atau karena sudah menggengam kekuasaan mereka menjadi diam dan merasa nyaman entahlah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun