Sebagai blogger menyarankan untuk membaca buku fisik tentu seperti kontradiksi. Tulisan- tulisan blogger tentu mudah dicari di buku fisik karena para blogger menyasar masyarakat milenial pecinta bacaan blog, media digital atau yang dikenal sosial media. Tapi sebenarnya membaca buku yang nyaman dan serius tentu bukan lewat digital.Â
Para perekayasa bacaan digital tentu sedang berpikir keras agar masyarakat mulai terbiasa membaca lewat media digital, selain lebih murah juga tidak perlu membuang- buang waktu, tenaga dengan membelinya ke toko buku atau memesan lewat daring. Buku bisa dibaca lewat layar gawai, laptop, maupun PC.Â
Tidak perlu banyak tempat untuk mengoleksi buku, cukup sediakan memori yang cukup, serta kuota internet untuk memuaskan hasrat membaca. Tetapi, bagaimanapun membaca buku digital membuat mata cepat lelah. Terlalu lama memelototi layar seperti tersedot cahaya yang tidak terasa merusak jaringan syaraf dan otak.
Maka alangkah baiknya tetap tersedia waktu dan ruang untuk membaca buku. Persentuhan indra perasa dan buku itu seperti persentuhan antara dua sejoli yang sedang jatuh cinta, tampak lembut dan menyertakan rasa dan emosi. Ada getaran-getaran sensasional, ada pelibatan rasa jiwa dan imajinasi yang tidak mudah terlupakan.
Jadi Anda para blogger ada kalanya untuk sejenap lenyap dalam keseruan dunia digital, sejenak untuk membaca buku yang membuka wawasan pikiran, memperdalam rasa, pengetahuan dan intuisi imajinasi.
Buku membebaskan pikiran untuk menjelajah sejarah, mengikuti alur pikiran penulis yang susah tertebak, mengulang-ulang bacaan dengan memberi tanda dengan stabilo atau dengan kertas penanda jika suatu saat akan mengulang cerita seru yang terdapat pada satu atau dua halaman yang tidak mungkin dihapalkan satu persatu.Â
Membaca berarti mengikuti alur penulis sambil menebak arah cerita. Membaca buku tentu tidak akan diganggu dengan munculnya iklan secara tiba- tiba, notifikasi yang menampilkan berita seru atau pemberitaan yang bikin gemas karena ketika asyik menyerap cerita tiba-tiba muncul iklan menutup layar baca. Sambil tiduran, sambil ngemil, atau sambil menyepi di saung tepi danau dan tidak terganggu bila tiba-tiba baterai lowbat.
Banyak yang mengaku membaca buku digital membuat mata cepat lelah, membaca buku digital membuat emosi kadang meninggi karena munculnya gangguan tiba-tiba oleh iklan-iklan yang tanpa permisi tiba-tiba muncul.Â
Ya sudahlah selain canggih ternyata belum cukup bagi manusia modern untuk secara total melakukan aktifitas dalam era canggih digital. Tetap ada sisi positif dan negatifnya.
Salah satu riset menunjukkan bahwa membaca buku digital menyumbang kelelahan visual (sumber bacaan artikel Kompas Minggu, 6 Januari 2019) yang berjudul Dengan Buku, Aku Bebas! halaman 13 rubrik gaya hidup dikatakan bahwa tanda- tanda mata yang lelah adalah ketika mata seperti terbakar, gatal dan lelah (berat terasa di kornea mata).Â
Salah satu riset yang dilakukan di Norwegia cerita yang yang dibaca di media di atas kertas menunjukkan jejak ingatan lebih baik daripada cerita sama yang dibaca di media digital. Salah satu faktornya adalah respon emosi yang kuat ketika membaca buku fisik (The Guardian, 19/ 8/ 2014).