Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Perbincangan Media Sosial dan Bahasa Tubuh Jokowi Serta Prabowo

27 Desember 2018   11:26 Diperbarui: 29 Desember 2018   07:22 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bahasa tubh pemimpin menentuak arah pilihan masyarakat (Bangka Post - Tribunnews.com)

 Masyarakat yang Terbelah karena Kontestasi Presiden

Dalam perbincangan di media sosial sepak terjang Jokowi sebagi Presiden dan Calon Presiden 2019 Prabowo Subianto selalu mendapat sorotan. Kubu kampret akan selalu memandang bahwa pencitraan Jokowi itu sudah garing dan membosankan. 

Selfie sana,  selfie sini. Pencitraan Jokowi membuat muak dan semakin memuncak kebencian pada sosok presiden kerempeng. Bertebaran kata- kata nyinyir setiap kali Jokowi mengunduh fotonya di media sosial. Sedangkan cebong tentu memandang positif apa yang dilakukan Presiden Petahana yang telah bekerja keras untuk hadir sesaat setelah Tsunami menerjang Banten dan Lampung Selatan di Selat Sunda.

Saya sebagai masyarakat yang kebetulan hobi menulis dan kebetulan sering menulis di Kompasiana melihat bahwa pergerakan media sosial  memang telah membuat publik terbelah. 

Akibat waktu cukup lama dalam kontestasi presiden masyarakat seperti membawa gerbong emosi sendiri-sendiri. Pembelahan antara pendukung Prabowo dan Jokowi itu seringkali berimbas pada relasi antar teman yang menyebabkan saling diam dan tidak menyapa karena beda pilihan politik. 

Memang lucu hanya karena kontestasi yang sebenarnya tidak memberi keuntungan kecuali menjauhkan pertemanan kok begitu serius ditanggapi. Sebagai Kompasianer cap sebagai cebonger begitu kental. Dan opini-opini kompasianer yang beragam banyak yang condong untuk mendukung incumbent.

Memang apa salahnya memilih berdasarkan rekam jejak, berdasarkan kinerja, berdasarkan berita-berita obyektif yang bisa dibuktikan dengan data. Bahkan ketika muncul opini-opini subjektif yang lebih cenderung hoaks, opini tanpa bukti kuat, hanya mengarang berdasarkan broadcast media sosial yang belum tentu benar banyak orang sangat membenci kontestan. 

Dengan segala cara mencari berita yang menyudutkan dan mencari kesalahan agar kecenderungan suara tergerus dan berpindah haluan. Politik memang dunia profan sebuah dunia yang penuh intrik, kelicikan dan kemunafikan.

Padahal dalam sejarahnya ilmu politik itu adalah ilmu tata negara yang mendasarkan  visi pada terwujudnya masyarakat yang adil, disiplin , tertata dengan terwujudnya birokrasi rapi dan berwibawa. Tapi ketika arah politik lebih untuk mencari kemenangan dengan berbagai trik yang bisa menjatuhkan kredibilitas lawan dan menggiring masyarakat percaya pada rumor dan isu- isu yang belum tentu benar.

Lalu apakah dengan kontestasi yang sengit itu anda bisa menebak gesture siapakah pemimpin yang benar-benar mampu mengubah tatanan kenegaraan menjadi teratur, berwibawa sanggup menjadi pelayan masyarakat.

Dari pihak kampret tentu akan menyanjung berbusa-busa tentang prestasi Prabowo. Sedangkan cebonger akan berusaha sekuat tenaga menjaga perolehan suara dengan membela mati-matian Jokowi. Tipe-tipe pembela Prabowo sudah terlihat. Mereka sangat aktif bergerak di media sosial dan menyelusup ke media sosial untuk membuat kredibilitas petahana hancur lebur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun