Boleh jadi secara jujur saya jatuh cinta dulu baru senang menulis. Apalagi saya dulu bukan tipe pemberani yang tegar dan kuat menerima penolakan dari gadis yang saya cintai. Amat malu mengungkapkan rasa bahwa sebenarnya ada perasaan sayang pada seseorang tetapi tidak berani mengungkapkannya.Â
Rasa malu karena tidak percaya diri itu membuat dilema besar bagi saya yang waktu itu masih remaja. Apalagi saya tidak tangkas dalam bicara. Rasa cinta itu akhirnya hanya terpendam, susah terungkap.
Untuk menyalurkan hasrat cinta itu akhirnya saya mencoba menuliskannya di buku tulis. Selembar demi selembar saya tulis agar perasaan lega karena telah mengungkapkan khayalan, dan impian yang susah teraih. Surat cinta itu menjadi awal saya menyukai dunia tulis menulis.
Cinta yang Memberi Inspirasi dalam Menulis
Kalau dulu ada Kompasiana, barangkali sudah ribuan tulisan yang saya tayangkan. Cerpen, puisi, harapan dan catatan harian itu masih ada.
Ada yang berhasil saya kirimkan ke majalah tetapi banyak ditolaknya daripada diterima. Mungkin  tulisan belum layak masuk dalam daftar redaksi karena lebih mengarah pada soal rasa, soal cinta yang menjadi bunga-bunga cerita.Â
Tetapi dari menulis surat cinta yang hanya menyalurkan perasaan itulah cinta pada menulis tumbuh. Pada periode awal menyukai menulis, saya rajin menulis di buku tulis. Bermacam-macam, dari menulis puisi sampai cerpen, tapi untuk menulis novel belum terpikirkan sama sekali. Kalau melihat tulisan saya tentang cinta, jadi pengin tertawa atau bahkan tersipu-sipu. Betapa culunnya saya waktu itu.Â
Dalam beberapa tulisan saya terdahulu tentang menulis saya memang sering menyinggung awal mula saya suka menulis, tetapi secara jujur sebenarnya hobi menulis saya memang diawali ketika saya sedang jatuh cinta.Â
Rasanya amat mudah menulis puisi dan cerpen tentang cinta, meskipun dalam prosesnya saya sering bongkar pasang kata-kata, kalimat, paragraf agar tidak terlalu vulgar mengungkapkan di ruang publik karena itu masalah privasi saya yang jarang saya ceritakan kepada orang lain.
Menulis Itu Tidak Susah Kok!
Menulis bukan hal yang asing bagi pelajar dan orang yang pernah merasakan bangku sekolah, tetapi menulis catatan harian, menulis cerpen, puisi, feature, artikel tentu butuh latihan bukan hanya sekedar menulis. Setiap orang yang berminat untuk menulis pertama kali tentunya karena mereka juga menyukai aktivitas membaca.Â
Dari membaca jendela wawasan terbuka dan muncul dorongan dari dalam diri untuk mencoba menulis. Lingkungan keluarga juga memberi kontribusi seseorang menyukai aktivitas menulis.
Kebetulan ayah dan nenek sangat hobi membaca. Dari bacaan fiksi sampai koran dan majalah, semua dilahap. Tentu saja dari aktivitas mereka saya menjadi tertarik kenapa mereka begitu khidmat saat membaca.Â