Saya mulai mengenal Kompasiana sekitar awal 2010. Sebuah keisengan sebetulnya karena saya mulai suka browsing dan melihat blog dan portal berita menarik. Sebelumnya saya sudah mencoba membuat blog sendiri di blogspot dan wordpress. Dari beberapa tulisan yang saya unggah di blog tersebut rasanya tidak ada respon apakah ada pembacanya tidak. Dari awal saya memang suka menulis.
 Sekitar tahun 2006 - 2007 saya sering membuat tulisan tiap jumat untuk komunitas khusus. Saya unggah tulisan saya di warnet di sekitar Margonda Depok. Sebetulnya sudah banyak tulisan yang semacam reportase kecil-kecilan dan mengacu pada tajuk-tajuk kompas, atau berita lain. Mereka yang menikmati tulisan saya adalah orang-orang khusus dalam organisasi yang saya ikuti.Â
Sayangnya file-file tulisan saya itu entah lupa saya simpan di mana. Inilah yang membuat saya merasa menyesal sudah menulis banyak tetapi tidak ada yang bisa dilihat kembali karena blog itu mungkin sudah lenyap dan saya menyesal tidak menyimpannya di file khusus.Â
Sekitar tahun 2010 saya melihat ada blog baru. Namanya kompasiana. Tulisan- tulisan yang diunggah rasanya menarik banyak penulis yang berlatar belakang profesional, wartawan dan pengamat. Di antara mereka yang saya kenal sangat aktif waktu itu adalah Om Jay Atau Wijaya Kusuma praktisi, guru IT yang hampir setiap hari mengunggah tulisannya.Â
Lainnya adalah Pensiunan Jendral seperti Prayitno Ramelan yang menulis tentang dunia intelijen. Sangat menarik. Mereka aktif mengunggah tulisan yang dulu katanya adalah blog milik wartawan kompas yang ingin menulis lebih bebas tanpa dikungkung peraturan redaksi yang njelimet. Saya melihat tulisan-tulisan itu memang beda dengan tulisan standar Kompas atau koran mainstream lain. Lebih renyah dengan gaya tutur yang enak diikuti.
Saya iseng- iseng mencoba menyertakan tulisan pertama tetapi sering gagal karena susah nembus dan loginnya susah. Baru pertama kali berhasil sekitar 28 Januari 2010.Tentu saja saya sangat senang tulisan bisa tayang di Kompasiana sebelum berbenah seperti sekarang. Saya aktif dan sering menulis paling tidak 3 artikel per minggu sampai sekitar awal 2011, karena kesibukan dan hal-hal lain di sekolah tempat saya bertugas saya mandeg dan vakum sampai 2014 .Â
Kalau melihat ke belakang saya memang tidak seproduktif penulis-penulis yang hampir tiap hari menulis di Kompasiana. Terus terang di samping karena kegiatan mengajar sudah menyita waktu cukup banyak hal lain adalah mungkin saya merasa tidak setangguh orang orang yang mempunyai bakat besar dalam menulis. Dalam kategori kualitas tulisan kadang sya minder dengan orang-orang dengan ide unik yang bisa membuat redaksi terpana dan sering menghadiahi highlight bahkan Headline. Saya hanya sesekali.Â
Seharusnya melihat rekam jejak saya yang sudah bergabung sejak 2010 tulisan saya sudah ribuan tapi saat ini ternyata masih di kisaran 494 hampir mendekati 500. Tapi saya melihat positif saja Kompasiana bisa menjadi tabungan tulisan yang handal. Lagipula saya merasa lebih gampang melihat rekam jejak tulisan saya bila  ngeklik di google. Jika saya menulis nama saya langsung saja deretan tulisan di Kompasiana muncul otomatis.
Keuntungan Apa yang kau dapat dari Kompasiana?
Bergabung di Kompasiana meskipun tanpa bayaran tetaplah memberi keuntungan. Keuntungannya adalah luasnya wawasan saya terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak saya ketahui. Dalam hal penulisan saya sebetulnya lebih suka menulis dengan gaya mirip Kompas.Â
Saya masih bermimpi untuk  menulis di kolom opini tapi karena bayangan ketakutan-ketakutan akan di tolaknya artikel karena saya tahu hanya orang-orang yang mempunyai spesifikasi khusus yang bisa menembus opini Kompas. Terakhir baru tahu bahwa  untuk bisa menmbus Kompas kita harus sering- sering menulis meskipun banyak ditolaknya.