Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Tidak Ada Salahnya Menjadikan Asian Games 2018 sebagai Pencitraan Bersama

23 Agustus 2018   13:15 Diperbarui: 26 Agustus 2018   16:57 2516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opening Ceremony Asian Games 2018 mendapat pujian luar biasa. Indonesia dipandang mampu menghadirkan energi positif kepada dunia. Indonesia sukses besar menghadirkan pembukaan yang menghibur dan memukau.

Apalagi Presiden Joko Widodo juga menjadi bagian dari pembukaan tersebut dengan ikut menjadi aktor utama dalam film pendek garapan Wishnutama Kusubandio.

Opening itu sempat menjadi trending topic di Twitter. Di Facebook pun kesan positif mengalir deras. Intinya Indonesia sukses menghadirkan upacara pembukaan kelas dunia.

Kebetulan event Asian Games itu berdekatan dengan Pilpres 2019. Bagi sebagian oposisi, Asian Games dinilai sebagai "pencitraan" petahana.

Jokowi dinilai memanfaatkan ajang kompetisi olah raga terbesar Asia itu untuk mengambil simpati kaum milenial. Ketika dunia menyoroti positif upaya Indonesia menghadirkan jamuan Asian Games yang dahsyat, oposisi seperti tidak terima dengan kenyataan.

Mereka mencari sisi lemahnya, di antaranya membuat kontra pendapat dengan menggulirkan isu bahwa pemerintah tidak serius mengurusi bencana di Lombok. Aksi Jokowi itu mengajarkan anak muda untuk kebut-kebutan, atau aksi stuntman Jokowi itu mengajarkan ketidakjujuran.

Sebab Jokowi yang dalam klip garapan Wishnutama itu tidak memerankan sendiri. Mereka menilai aksi Jokowi yang terkesan heroik itu mencederai masyarakat Jakarta yang menampilkan kesemrawutan, kemacetan.

Layaknya politisi mereka menggali kelemahan --kelemahan pemerintah yang terlalu menghambur-hamburkan uang rakyat. Mereka menilai lebih baik disalurkan ke orang-orang miskin yang terkena dampak kenaikan harga, kenaikan tarif dasar listrik dan makanan pokok.

Politisi berdalih bahwa penyelenggaraan tidak harus wah, sederhana tapi mengena, kalau perlu tidak lebih dari 100 juta, sisanya disumbangkan ke daerah bencana.

Saya yang sering membaca komentar netizen di medsos ini rasanya ingin ngakak guling-guling, salto, dan koprol. Tetapi apa daya sudah tidak muda lagi. Ada-ada saja komentar netizen, politisi, dan orang yang ingin mendapat simpati masyarakat

Kenapa tidak Pencitraan Bareng?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun