Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Tidak Ada Salahnya Menjadikan Asian Games 2018 sebagai Pencitraan Bersama

23 Agustus 2018   13:15 Diperbarui: 26 Agustus 2018   16:57 2516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antusiasme Presiden Jokowi dan istri menonton pertandingan Final Bulu Tangkis Antara Indonesia dan China (tribunnews.com)

Saya jadi pengin usul kepada para politisi yang kebetulan sedang berjuang agar namanya terukir indah dalam sanubari masyarakat, Silakan Asian Games dijadikan pencitraan bersama. Datangi pertandingan-pertandingan Asian Games, sapa Atletnya, sapa penontonnya, bersama-sama teriak-teriak mendukung atlet yang berlaga.

Tidak perlu nyinyir bahwa Asian Games penuh muatan politik. Kalau ingin mendapat aplaus dan simpati kenapa tidak menjadi bagian dari masyarakat yang ingin agar para pejuang olah raga itu mampu mengukir prestasi. Tanggalkan ego sebagai oposisi.

Ambil sisi positifnya, serap energi positif dari kampanye perdamaian untuk Plestina dan rekonsiliasi Korea Selatan dan Korea Utara.

Jika petinggi negara Korut dan Korsel yang sedang gencatan senjata bisa berjabat erat dalam satu event olahraga, seharusnya para elite politik Indonesia mampu menyingkirkan ego. Bagi kebahagiaan dengan bersama mendukung atlet berjuang mengharumkan nama bangsa.

Tidak perlu curiga- mencurigai bahwa ada upaya pencitraan. Bukankah setiap politisi perlu pencitraan. Apa salahnya pencitraan. Membangun imej itu amat penting.

Jujur jika ditanyakan kepada setiap elite politik sadarkah bahwa mereka perlu pencitraan? Bukankah pencitraan itu adalah upaya membangun simpati.

Kalau membangun simpati tentu tidak harus dengan pongah mendatangi forum-forum diskusi, tampil di televisi dengan membawa data dosa-dosa pemerintah, membeberkan aib petahana dan memaki-maki siapa saja yang tidak sejalan dengan pola pikir mereka. Saling ngotot dengan titik pandang beda dalam memandang satu fokus yaitu konstituen.

Saya mungkin salah satu orang yang capek melihat tingkah politisi, pengamat dan orang- orang yang terus menggulirkan isu-isu yang berujung saling menyalahkan, saling membenci, saling tuding, saling menikam (karena dalam politik kesetiaan itu utopis yang ada hanyalah kepentingan yang abadi).

Politik Santun dan Riang Gembira

Politik seharusnya cair, tidak galak, tidak terkesan garang malah terkesan cair, riang gembira santai. Tidak perlu ngotot dengan menampilkan semburan kata-kata tidak senonoh. Bukannya sebagai bangsa beradab dan bermartabat lebih elok kalau para politisi itu bergandeng tangan melakukan pencitraan bersama. 

Tidak berdosa kok, malah masyarakat lebih bisa tenang menilai siapa yang benar- benar tulus memperhatikan keluh kesah masyarakat yang terkena dampak dari belum meratanya pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun