Ada hitam ada putih, ada yang jahat tentu ada yang baik. Sinetron laris manis muncul karena banyaknya penonton yang mau- mau saja diajak mengikuti cerita yang semakin lama semakin ngelantur.
Memang ada beberapa stasiun televisi yang mempertahankan idealisnya dalam menampilkan gambar-gambar yang menginspirasi. Salah satunya adalah DAAI TV, kompas TV dan beberapa televisi lain yang masih idealis. Banyak tayangan mereka  menginspirasi, mendidik penonton untuk tidak hedon, memberi pelajaran akan artinya toleran meski dalam keberbedaan. Tapi yang aneh ternyata tayangan mendidik itu ratingnyanya rendah.
Jagad hiburan tanah air memang lebih suka yang heboh, kontroversial dan gemar cerita lucu-lucuan yang sebetulnya tidaklah lucu jika mendengar kualitas dialognya. Ternyata masih banyak penonton menyukai genre horor, cerita-cerita semi porno dan cerita- cerit konyol  dengan prinsip pokoknya ratingnya tinggi iklan berjubel dan disukai banyak penonton yang enggan berpikir. Yang penting hanya menonton cerita yang seru dengan konflik-konflik tidak terduga yang memicu adrenalin.
Budayawan Prihatin dengan Tayangan Televisi
Saatnya generasi terdidik berkiprah aktif di jagad hiburan televisi. Jika keprihatinan budayawan Radhar Panca Dahana "Baik dari segi cerita (plot), cerita, karakter, penyutradaraan, maupun persoalan artistisk secara luas sinema-sinema elektronik alias sinetron jika tak dibilang  sangat buruk (tragis), ia sangat menggelikan (komedis) (Opini Kompas  Sabtu 18 Agustus 2018, Judul artikel Menghina Akal Sehat). Arti dari penggalan artikel Radhar adalah terlalu jauh mengingkari  akal sehat, bahkan menghina common sense kita.
Cerita realis dengan latar belakang kisah nyata bisa jadi menjadi cerita horor, dan cerita cinta yang indah tiba-tiba menjadi berbau agama. Pemaksaan cerita itu tentu menghina kaum terdidik karena mereka jelas-jelas ditipu alur  logikanya. Padahal banyak film pendek dan film bioskop mulai sadar akan pentingnya alur cerita, logika dan sisipan pendidikan di dalam cerita. Dan sayangnya pula jutaan pemirsa terjebak dan lebih menyukai cerita-cerita bombastis sinetron televisi.
Sinetron dan Antusiasme Penonton yang Tinggi
Sebenarnya kritik pedas tentang tingginya rating sinetron televisi itu adalah kritik untuk diri sendiri. Saya dan mungkin anda yang biasa duduk sambil melolot semalaman di depan televisi itu adalah penggemar berat sinetron yang jelas-jelas mempunyai alur (plot) yang logikanya semau gue penulis skenario dan sutradara masih saja ditonton. Coba kalau tidak ada respon (tetapi berarti mematikan ceruk para penulis serta sutradara?). Berikan kesempatan sineas muda, idealis, dan masih mempunyai niat untuk mendidik masyarakat mengambil alih  kekuasaan.
Sayangnya jalan masih panjang untuk mengubah mindset penonton televisi yang terlanjur menyukai cerita bersambung. Semakin aneh, semakin jahat, semakin keji dan semakin seru pertengkaran dan perkelahian malah semakin digemari. Ya kalau begitu tugas penulis seperti saya ya memberi masukan. Untuk berubah memang perlu waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H