Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Menulis Bikin Kecanduan

17 Juli 2018   10:13 Diperbarui: 17 Juli 2018   11:18 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa kali saya sering break tidak menulis, hanya menjadi pengamat saja, hanya menjadi silent reading, ternyata ketika beberapa hari atau beberapa minggu tidak menulis, ada sesuatu yang hilang. Kalau seseorang mengkonsumsi narkoba bisa sakau dan mengalami kecanduan, demikian dengan menulis. Bagi saya menulis itu candu yang menyenangkan. Pikiran bisa menari nari memainkan ide -- ide untuk membuat artikel, cerpen, puisi, feature, dan bahkan memberi kepercayaan diri bahwa dengan menulis bisa tercatat sejarah, membuka peluang hobi yang menghasilkan kesenangan sekaligus peluang untuk menggantungkan hidup dari menulis jika ditekuni secara total dan konsisten.

Menulis itu Candu?

Ketika tidak menulis karena sesuatu hal (kesibukan kantor, tugas lain yang harus totalitas konsentrasi agar tidak beresiko salah), ada yang hilang seakan-akan ada sebuah ruang kosong dalam jiwa. Ada kerinduan untuk menulis dan ide itu sebenarnya menari- menari tetapi situasi belum memungkinkan. Ada perasaan berdosa terhadap pembaca, ada perasaan tidak enak pada mereka yang selalu rajin menulis apapun situasinya. Tapi benarkah tidak menulis dalam rentang waktu cukup lama itu membuat seorang penulis mandek kreatifitasnya?

Seseorang yang menggantungkan hidupnya dari menulis tentu kehilangan peluangnya untuk menangkap moment- moment penting saat ia jeda menulis. Apalagi tidak menulis bisa berarti tidak konsisten, tidak ajeg dan bisa disebut angin --anginan. Menulis sesukanya, tergantung mood, tergantung suasana hati. Seorang profesional tentu tetap harus memaksa diri dalam situasi apapun untuk menulis meskipun suasana jiwanya tidak memungkinkan.

Jika menulis sudah menjadi kebutuhan, ia seperti candu susah ditinggalkan dan membuat keinginan selalu menulis menggebu- gebu. Apalagi di tengah situasi  sosial politik yang dinamis dan banyak berita berita menarik bermunculan dan patut mendapat perhatian untuk ditulis. Pada saat jeda menulis kumpulan ide itu mengendap dan terus menggelitik pikiran untuk dijadikan materi cerita.

Pada generasi milenial saat ini banyak sering mempertanyakan hal yang aneh. Untuk apa kita menulis?, buat apa menulis? Apa manfaatnya menulis?dan masih banyak alasan yang menyiratkan bahwa menulis itu tidak penting. Padahal kalau ditekuni bukan tidak mungkin akan melahirkan pekerjaan bebas nan menyenangkan. Dengan menulis seseorang akan mempertajam pisau intelektualnya dan rasa (sense)-nya. 

Seorang penulis akan dituntut untuk membaca (sastra sinerat) yang digubah oleh penulis lain maupun alam dan peristiwanya ( sastra gumelar).Penulis tertarik dengan salah satu paragraf di buku panduan lengkap Menjadi Penulis Handal  karya Sri Wintala Achmad (kompasianer juga). Ruang imajinasi penulis akan terbuka dan dengan ketrampilan yang selalu dilatih dan kepekaan sosial yang terus diasah tulisan-tulisannya akan menginspirasi banyak orang.

Tidak salah jika menulis itu adalah candu yang menyenangkan (dalam arti positif). Buah-buah  pemikiran terus diasah dengan sering membaca dan menulis. Banyak blogger, kolumnis, pengamat, pemerhati, kurator memerlukan keluasan pengetahuan, namun yang lebih penting bisa menuangkan ide, pemikiran dan analisanya dengan tulisan yang mengalir dan mudah dipahami. 

Sudah seringkali penulis membuat artikel yang berhubungan dengan tulis menulis, seringkali kata berulang yang terus saja dimunculkan adalah menulis itu adalah aksi. Kunci utama adalah melakukan. Proses belajar dan mempertajam kemampuan adalah dengan menulis, menulis dan terus menulis. Imbangannya adalah dengan membaca dan sering bergaul serta tidak boleh ketinggalan informasi.

Menulis Menurut Beberapa Tokoh Dunia

Jika menulis sudah menjadi candu tentu akan membawa konsekwensi untuk penulis untuk selalu menyediakan waktu khusus setiap hari untuk menulis. Tiap orang akan berbeda-beda menentukan kapan yang nyaman waktu menulis. Tetapi banyak penulis seringkali mampu menangkap kejernihan berpikir saat pagi hari. Dengan pikiran yang masih segar akan mudah itu itu datang dan diolah menjadi tulisan yang menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun