Penonton Tarkam
Habis perhelatan Akbar Piala Presiden sebetulnya tersisa harapan untuk  prospek sepak bola dari sisi bisnis. Tercatat banyak sponsor telah bersedia turut andil dan mengambil bagian dalam mendorong kemajuan sepak bola Indonesia. Sayangnya akibat ulah segelintir suporter yang merusak pagar dan pintu keluar serta menginjak-injak tanaman yang yang berada di kompleks GBK(Gelora Bung Karno).
Gedung sebegitu megahnya tercoreng oleh ulah suporter kelas tarkam yang tidak perlu tempat bersih dan megah untuk berteriak-teriak dan ngamuk merusak benda dihadapannya. Entah apa yang  tertanam dalam pikiran penonton itu sehingga tega-teganya "menepuk air didulang terpecik muka sendiri" malu teramat malu melihat kelakuan suporter  yang tega menampar muka sendiri.
Penulis sempat melihat tayangan video tentang beringasnya ulah penonton menjelang keluar. Apa penyebabnya kurang pasti tapi yang jelas pengelola GBK perlu semakin ketat melakukan regulasi terhadap penonton yang terindikasi berbuat anarkis dan memalukan bangsa ini yang sedang berjuang untuk meperbaiki sepak bola yang carut- marut akhir-akhir ini.
Jika nanti sepak bola menjadi industri apakah ulah penonton yang "liar" tidak diberi sangsi tegas. Wajah-wajah keruh yang tidak berpikir panjang dan hanya melampiaskan kekesalan seperti halnya ketika ia bergerak di luar kendali moral, di luar kendali sopan santun.
Hallo Persija, halo Jakmania, hallo suporter yang terhormat  mari bangga terhadap stadion megah yang sudah susah payah direnovasi menyesuaikan dengan Stadion lain yang bertaraf Internasional. Wajah GBK adalah wajah kita, simbol kemajuan bangsa dan tanda bahwa Indonesia siap menyambut era sepak bola modern.
Jika kita kembali kampungan dengan menginjak- kursi, merusak pagar dan menginjak-injak tanaman rumah kita apa perasaanmu. Apakah kau terbiasa memepermalukan diri sendiri dihadapan tamu yang melihat kita.
Ah, Kalau kalian masih senang merusak, masih senang melempar-lempar kursi, menginjak-injak harga diri mending  menonton di lapangan kampung, menggelar kain layar. Tidak perlu datang di GBK. Jika kalian hanya ingin senangnya sendiri, mending tidak usah memiliki stadion megah. Kalian tidak siap memiliki rumah bersama bagi perkembangan sepak bola tanah air. Sebentar lagi perhelatan Asian Games akan di mulai. Kursus dulu bagaimana hadir di gedung megah milik bersama.
Ketika perasaan memiliki belum ada yang ada hanya pelampiasan nafsu liar suporter rusuh, tidak usah menginjakkan kaki di GBK. Bukan berarti kalian benar-benar dicekal untuk menonton, tapi instrospeksi dulu. Apakah yang ada di benak kalian sih. Hanya datang dengan sopan dan mengekspresikan kegembiraan sewajarnya serta bertempik sorak seadanya itu sudah memberi kenyamanan.Â
Tidak usah dengan mata melotot tangan mengayun-ayunkan pukulan, kaki-kaki menendang fasilitas umum hanya karena tidak sabar ingin keluar,  membudayakan  antre dengan tertib itu wajib hukumnya.
Jadilah Penonton Elegan