Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan yang Ditangkap dari Perayaan Natal

27 Desember 2017   19:57 Diperbarui: 27 Desember 2017   20:40 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesederhanaan, perdamaian, dan terang bagi kegelapan(harnas.co)

Kecemasan. Kegelisahan  di sebagian masyarakat  tentang semangat berbangsa dan bernegara. Tajuk Kompas hari Sabtu, 23 Desember 2017  itu menyimpulkan setelah menangkap pesan  dari KWI (Konferensi Wali Gereja Indonesia dan  PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia). Saat ini(khususnya tahun 2017 Persatuan kita sedang terancam perpecahan.  Akibat berbagai peristiwa yang melukai perasaan umat beragama belakangan ini persatuan terancam mengalami ancaman perpecahan . Pilkada yang menorehkan luka bathin dan berbagai perbedaan pendapat tentang  kehidupan beragama yang saling mencaci dan saling menebarkan ujaran kebencian.

Ada kecenderungan masyarakat terbelah karena  pilihan politik kemudian diperparah dengan pencampuradukan  paham keagamaan dan politik praktis. Ada pembenaran berdasarkan kepentingan politik dihubungkan dengan menyitir ayat ayat kitab suci untuk melegalkan peraturan yang dibuat manusia hanya karena  politik kepentingan dan trik-trik partai agar menang pemilu. Ada praktik kecurangan yang sengaja ditutupi dengan berlindung dibalik  agama yang kebetulan mampu meremukredamkan rasa persatuan yang selama ini terajut indah.

Natal adalah Kesederhanaan

Umat Kristiani perlu introspeksi diri apakah perayaan-perayaan Natal selama ini tidak  tidak memicu rasa iri umat lain. Seperti diketahui secara obyektif  mayoritas masyarakat Indonesia yang  kebetulan muslim melihat umat Kristiani rata-rata adalah orang yang mampu. Bahkan orang-orang kaya negeri ini di dominasi oleh kebetulan orang Kristiani dan beretnis tertentu (Tionghoa terutama). Hampir di segala lini usaha meskipun bukan mayoritas tapi pergerakan uang lebih besar daripada sebagian besar masyarakat yang kebetulan menganut agama muslim. Ini tentu menjadi pemicu konflik etnis, ideologi. 

Ada kecemburuan sosial, ada rasa iri dan berbagai sentiman rasis lainnya.  Makanya banyak  politisi atau orang yang ahli psikologi massa memanfaatkan momen

kerentanan sosial itu dimanfaatkan sebagai senjata untuk  menjatuhkan  rezim kekuasaan. Dengan memainkan isu-isu agama maka banyak manusia menjadi geram dan peka terhadap berbagai fitnah sehingga banyak yang terbakar emosinya.

Seperti diketahui orang yang emosi cenderung meminggirkan logika dan kebeningan pikir. Terjadilah munculnya bisnis yang memproduksi ujaran kebencian di media sosial. Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama termasuk yang menjadi korban dari isu-isu yang bermain di ranah publik dan media sosial. Para pakar psikologi massa yang hanya berorientasi popularitas dan  berharap  yang memanfaatkan jasanya menang menangkap peluang itu. Jakarta menjadi contoh betapa Pilkada telah menggoreskan luka dalam bagi pendukung yang merasa pemilu kali ini tidak adil karena memainkan isu-isu primordial dan memanfaat isu isu agama yang supersensitif.

Hari - hari Ini kedewasaan Umat Kristiani diuji. Ketika muncul inisiatif pemprov  DKI Jakarta untuk menyelenggarakan  Perayaan Natal Di Monumen Nasional (Monas) . Tidak biasanya umat Kristiani merayakan natal di tempat umum seperti Monas. Sebab hakikat natal sebetulnya adalah kesederhanaan bukan hura- hura.  PGI dan KWI menolak terselenggaranya perayaan natal karena rawan politik kepentingan. Alangkah lebih bagus bila Dana APBD untuk penyelenggaraan natal digunakan untuk membantu anak --anak miskin seperti yang dtuturkan Romo Benny Susetyo. 

Kisah natal seperti yang ditulis oleh Sumbo Tianarbuko dalam artikelnya di Kompas berjudul Kontestasi Perayaan Natal yang melibatkan  peristiwa kelahiran Yesus Kristus ingin mengajarkan kita untuk berlaku jujur  terhadap kenyataan. Sengaja mengedepankan hidup sederhana. Berani mengambil jarak dan sikap kritis terhadap  gaya hidup yang memberhalakan uang, pangkat dan kekuasaan duniawi. Caranya harus rela reinkarnasi  kembali menjadi bayi. Berani?

Dalam Kesenyapan Menemukan Kedamaian

Ingatkah lagu yang sering dikidungkan saat malam Natal. Malam Kudus. Menurut sejarahnya Kidung Diciptakan karena kegelisahan  Joseph Mohr (kala itu masih berumur 22 tahun) menyikapi kenyataan bahwa orgel gerejanya (Gereja Santo Nicholas, sebuah rumah ibadah kecil di Oberndorf, sebuah desa dekat Salzburg. Austria. Mohr menciptakan lagu "Stille Nacht, Heilige Nacht." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun