Kenapa sih Natalan tahun ini amat seru diperbincangkan memang penting ya untuk anda penggiat media sosial, dan penting untuk anda yang kebetulan sebagai pihak penguasa. Kalau menurut saya tidak penting. Natal bukan untuk dibincangkan natal itu untuk diambil maknanya. Natal  disimbolkan Yesus sebagai bentuk kesederhanaan. Yesus (Nabi Isa) lahir di kandang domba. Setelah itu Yesuspun Harus digendong  menjauh dari Nasareth  untuk menghindari  masalah karena ancaman penguasa yang risih dengan isu tentang lahirnya raja baru.
Sekarang Natal hendak di tarik ke ranah politik. Dari pengamatan penulis di media sosial  polemik Natalan Bareng di Monas itu penuh nuansa politik.  Subyektif menurut pengamatan penulis pasti ada agenda tersembunyi mengapa Pemerintah Provinsi seperti terkesan memaksa umat Kristiani merayakan natal di ruang publik. Apalagi ditambah isu bahwa FPI akan mengawal perayaan Natal yang diprakarsai Gerindra dan Kira (Kristen Indonesia Raya) dengan tokoh utamanya Hasyim Djoyohadikusumo. Â
Natal di monas akan menjadi terobosan besar partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto dan Pemerintah DKI Jakarta. Momentum itu tentu akan dimanfaatkan untuk meningkatkan bargaining position partai. Jika Natal tahun ini berhasil dilaksanakan tentu akan menarik untuk dicermati bahwa Gerindra dan DKI sedang memainkan bidak caturnya untuk mengubah paradigma umat yang selama ini berseberangan dengan visi partai (dan segala  gincu politiknya).
Silahkan saja diselenggarakan, sah-sah saja. Politik memang  penuh kejutan jika Natal ternyata dapat memberikan  keuntungan secara politik  tarik saja orang-orang yang sedang membangun citra politik untuk menyelenggarakan Natal seperti halnya  peristiwa 212 yang bisa memutihkan lapangan monas.
Kalau perlu umat disetting datang dan membawa spanduk-spanduk partai, serta kelompok-kelompok  doa membawa umbul-umbul seperti halnya  gerakan 212 patutlah kemudian dicatat sejarah bahwa Natal 2017 begitu akbar dan dapat terselenggara aman di Monumen nasional. Selanjutnya siapa saja umat beragama boleh menggelar tikar dan menyewa  panggung dan gegap gempita berdoa hingga tempat ibadah resminya begitu sepi karena masyarakat lebih  menyukai berdoa diruang terbuka sambil berteriak-teriak.
Nanti pasti seru nih yel-yelnya. Setelah ibadat khidmat lalu satu persatu tokoh politik bicara dan  beberapa rohaniwan dengan khusuk berdoa agar terobosan partai dan dukungan ambisi para politisinya bisa menghasilkan goal yaitu terpilih menjadi wakil rakyat dan ketuanya menjadi  orang nomor satu di negeri ini.  Indonesia memang istimewa. Natalan di jaga oleh "awak" yang selama ini identik dengan radikal.  Sementara warna merah hijau dan kuning di sepanjang monas di pinggir lapangan sejumlah orang dengan pakaian putih, celana cingkrang dan wajah tegang memelototi mobil-mobil yang berlalu lalang di jalanan. Mereka menjaga penuh waspada kalau- kalau ada  teroris yang hendak menerobos  massa dan membuat kisruh suasana khidmat yang terbangun.
Mimpi saya sih sederhana betapa indahnya Indonesia tanpa konflik agama, betapa indahnya persahabatan lintas agama tanpa ada saling  lempar komentar tentang keyakinan. Cuma sayangnya saat ini penulis belum percaya ada keajaiban bahwa ormas yang dicap radikal begitu tulusnya menjaga ibadat orang-orang yang dianggap kafir. Semoga  dugaan penulis salah dunia memang penuh misteri siapa tahu peristiwa Natal di Monas menjadi tonggak sejarah baru bagi hubungan masyarakat agama yang rasanya panas karena gorengan netizen.
Saya dan keluarga pasti penasaran jika ada natalan di lapangan terbuka, pasti ada perjamuan gratis nih, misalnya ada sumbangan makan Sari Roti dan minuman segar. Setelah capai berdoa bisa makan roti dan minum sofdrink. Saya dan keluarga berjanji  akan  natalan di monas, lengkap dengan seluruh keluarga besar . Kami ke gereja dahulu baru paginya berbondong --bondong  merayakan liburan natal dengan  refresing di monas  menyewa sepeda, lari-lari keliling monumen, menenteng raket  dan menyerap udara segar   pagi hari di Monumen yang memang lebih bagus untuk interaksi sosial masyarakat daripada gegap gempita politik yang lebih sering melukai masyarakat dengan janji-janji palsunya. Ah lupakan politik mari merayakan liburan natal dengan lari pagi dan berolah raga di Monas. Salam damai. Selamat Natal Bagi Umat Kristiani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H