Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menemukan Ide Menulis dari Perasaan Menderita

17 April 2017   08:45 Diperbarui: 17 April 2017   17:00 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://ardachandra.wordpress.com

Semua  manusia pernah mengalami penderitaan

Pernahkah anda  merasa sunyi, sepi, frustrasi dengan penderitaan yang anda alami, pernahkah terpikirkan penderitaan yang anda alami itu adalah ilham bagi sebagian penulis novel, penyair, blogger. Jujur, saya mudah sekali menemukan ide saat didera penderitaan.  Tulisan itu mengalir tumpah ruah. Ketika membaca kembali, sampai terkaget-kaget. Ada sumpah serapah ada, kata-kata yang menggambarkan kekecewaan dan merasa paling sial di antara saudara-saudara yang lain. Penderitaan membuat seseorang gelap mata, depresi dan mungkin seperti masuk dalam dunia sinting, gila.

Dalam keseharian manusia selalu bersahabat dengan penderitaan, hampir semua orang pernah menderita, macam-macam ada yang sedih saat ditinggalkan selama-lamanya oleh kekasihnya, keluarganya. Ada yang merasa selalu sial karena tidak ada yang memperhatikannya menyayanginya, mengasihi. Dunia penuh kesunyian saat seseorang merasa ditinggalkan oleh orang-orang tercintanya. Dalam kehidupan sebuah keluarga penderitaan itu beriringan dengan banyaknya masalah seperti pertengkaran, perasaan selalu kurang. 

Penderitaan dan Ide Menulis

Bagi para penulis tentunya  tumpahan perasaan itu akan diedit dan diolah menjadi prosa, cerpen, narasi, novel. Pramoedya Ananta Toer sangat kenyang mengalami penderitaan saat ditepikan negara sebagai tahanan politik yang diberangus kebebasan berpikirnya dan dibuang ke pulau Buru tempat di mana tahanan politik, terduga komunis dibuang dan dibiarkan mengalami trauma phisik maupun psikis. Tan Malaka, meresapi penderitaan dan menciptakan novel, buku berkualitas yang dikenang sepanjang masa.

Seseorang yang tengah menderita biasanya sensitif tentang berbagai hal, akan selalu menarik sebuah hikmah di dalam keadaan sedih, cemas, galau, dan kadang penuh gejolak emosional yang tinggi. Penderitaan melahirkan permenungan, dan barangkali penderitaan melahirkan puisi-puisi sentimental yang tercipta saat merasakan berbagai tekanan di sekitar kehidupannya.

Ada perasaan  munculnya ketidakadilan, ada perasaan minder, takut, trauma terus berkejaran dalam hati nuraninya. Jantung yang berdetak tidak teratur, ada sejumlah kecemasan yang melahirkan stress, depresi, dan histeris pikiran. Jika tidak kuat tentu akan membuat jiwa terguncang bahkan bisa menjadi gila beneran.

Sisi Positif Penderitaan

Ketika manusia terjebak dalam klimaks derita, mereka akan mengalami keterguncangan mental. Ada perasaan frustrasi dan kesedihan luar biasa sehingga tertangkap sisi-sisi sentimental manusia. Bila perempuan ada semacam gejolak psikis hingga menyebabkan air mata terus mengalir dan putus asa telah membaut jiwanya buta sehingga dia tidak merasakan kesakitan saat menyakiti diri sendiri, seperti membentur-benturkan kepalanya ke tembok atau berusah menyakiti tubuhnya bahkan akhirnya bisa menghembuskan nafas terakhir dengan cara minum racun, menggores nadinya dengan silet, atau terjun bebas dari gedung tinggi. Inilah sisi negatif penderitaan.

Namun penderitaan bisa jadi adalah sebuah kawan yang baik bagi penyair, novelis dan seniman. Novelis dapat merangkai kata, merangkai cerita dengan menciptakan drama kehidupan. Entah dengan menciptakan karya fiksi maupun sebuah kisah dari seseorang yang tertulis dalam novel semacam biografi atau auto biografi.Tulisan-tulisan Pramoedya menggambarkan potret penderitaan seorang perempuan yang hidup menderita di tengah alam feodalisme Jawa ketika zaman penjajahan Belanda. Pramoedya memprotes situasi negara yang tidak mempedulikan penderitaan rakyat sesungguhnya, mengangkat isu-isu yang hadir dalam masyarakat ketika tengah muncul ideologi komunis.

Bumbu untuk tulisan lebih emosional

Penderitaan seorang tokoh fiksi sebagai representasi dari perasaan pengarang yang pasti menulis berdasarkan sebuah perasaan, pernah mengalami,merasakan dan menderita  dalam rangkaian pengalaman hidupnya. Dialog  protagonis dan antagonis bisa jadi mengeksploitasi penderita oleh tokoh yang digambarkan selalu menderita sepanjang akhir cerita. Novel selalu melahirkan ending mengejutkan bisa berakhir bahagia, dibiarkan mengambang atau malah tetap menderita.

Penulis,  penyair, seniman memanfaatkan penderitaan untuk spirit bangkit melawan kesedihan, kegagalan, ketakutan.  Penderitaan itu bukan untuk diratapi melainkan dijadikan motivasi untuk melahirkan terobosan baru hingga manusia terbebas dari penderitaan dan hidup bahagia meski kehidupannya penuh cobaan.

Sebagai kekuatan cerita

Kekuatan cerita,  terletak bagaimana penulis, novelis, penyair mampu mengaduk-aduk perasaan pembacanya. Dan sungguh fantastis bila  pembacanya tersentuh dengan rangkaian cerita yang diciptakan. Manusia bisa merasakan banyak hal dari perjuangan melawan kesedihan, perasaan traumatis, perasaan terkungkung, tidak diberi kebebasan dan harus selalu tunduk tidak mampu melawan. Sebab kadang hati nuraninya tidak tega untuk membuat orang tua, sahabat, teman dekat, pacar, suami istri tertekan merasakan kesedihan, kepahitan hidup dan drama. 

Jadi penderitaan yang dirasakan manusia bisa dijadikan ide dalam menulis walapun tidak harus dieksploitasi di luar batas kepantasan.  Saat menderita saatnya berbagi beban dan menulis adalah salah satu solusi efektif untuk meredam nestapa jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun