Sebagai sebuah Platform Blog, Kompasiana telah beberapa mengalami metamorfose. Dari konten yang sebelumnya hanya ditujukan untuk kalangan orang dalam Kompas kemudian menjadi media bagi para blogger dan netizen yang ikut berperan menulis dan menyumbangkan pemikiran sebagai warga negara kritis melihat gelagat, menyimak berita dan menganalisis kasus populer yang berkembang dalam masyarakat. Kompasiana menjadi media yang lebih bebas tanpa terbebani oleh aturan kode etik Jurnalistik yang harus diperhatikan wartawan dan penulis profesional. Kenyataannya kadang-kadang tulisan Kompasiana lebih”Cair” dalam memandang masalah, lebih bebas mengungkapkan ide karena tidak ada pengeditan ketat terhadap artikel yang masuk. Kompasiana menjadi sarana keluh kesah warga yang mungkin tidak tertampung di opini koran atau media mainstream. Dari tahun ke tahun Kompasiana menjadi sumber referensi untuk artikel-artikel penulisan ilmiah bahkan menjadi referensi tesis, atau disertasi.
Banyak dari penulis Kompasiana yang akhirnya aktif sebagai penulis, menjadi cerpenis, menjadi novelis, bahkan founder platform Blog serupa Kompasiana. Saya merasa meski kini banyak konten serupa mirip Kompasiana hal yang istimewa dari Kompasiana adalah pada sharing dan connectingnya. Dari artikel yang kita share kita dapat penilaian dari teman-teman sesama Kompasianer, bila artikelnya amat mengundang perdebatan segera terjadi diskusi seru di kolom komentar. Bahkan bisa saja artikelnya kalah panjang dibanding dengan komentar dari teman-teman Kompasianer. Dari sejarah panjang pernah muncul artikel yang sedikit nakal, menggelitik namun cerdas, ada artikel dengan analisis politik sangat luar biasa tajam dengan sudut pandang seperti seorang intelijen kelas kakap. Saya suka membacanya meskipun sampai sekarang susah membayangkan bagaimana bisa punya pemikiran mirip James Bond, atau berpikir ala spion Mossad.
Saya kagum dengan tulisan Yon Bayu, Gatot Swandito, Ryo Kusumo , Atau Asaaro Lugahu. Saya membayangkan dia akan menjadi staf khusus bidang intelijen dibawah pimpinan bapak Budi Gunawan.Penulis berdaya tahan tinggi yang bisa menulis setiap hari satu artikel seperti Tjiptadinata Effendi, ada lagi para penulis dengan talenta khusus sebagai penulis sosok yang bergerak aktif mengekspose kehidupan para gelandangan, kaum papa yang tergolek lemah tak berdaya, para pejuang kehidupan yang luput dilihat oleh mata para birokrat atau penulis elitis(Bambang Setyawan). Tulisannya tajam dan jernih padahal tidak dibayar lho. Keunikan Kompasiana yang lain adalah tumbuhnya komunitas-komunitas berdasarkan minat seseorang pada sebuah topik. Misalnya bisa dilihat pada penulis yang suka menulis oleh raga(KOPROL), (BOLANG), Fiksiana, dan komunitas lain yang tidak bisa say sebut satu-satu. Banyak artikel hasil tulisan Kompasiana dibukukan dan para penulisnya memetik manfaat dari kesabaran dalam menulis.
Catatan Kritis Tentang Kompasiana
Meskipun secara Platform Blog cukup sempurna tetap saja perlu ada kritikan-kritikan untuk Kompasiana. Terutama dalam hal teknis yang masih sering membuat para penulisnya emosi. Banyak yang akhirnya putus asa dan meninggalkan Kompasiana dan dan pindah konten lain. Banyak yang kecewa dengan keberpihakkan admin yang sering luput dalam mengkategorikan tulisan berkualitas atau tulisan abal-abal yang ditulis dengan bahasa seadanya. Selama ini Kompasianer juga masih bingung dengan tahap verifikasi yang diberlakukan di Kompasianer seperti centang biru, centang hijau. Masalah kriteria tentang artikel yang berhak masuk sebagai Headline, Highlight, pilihan. Protes lainnya adalah hilangnya data pembaca dari artikel-artikel yang sudah lama ditayangkan, dengan data-data versi Admin yang asal tulis. Begitu juga dengan tulisan-tulisan kritis banyak yang hilang entah karena virus atau disengaja dihapus oleh Admin.
[caption caption="Dari logo Kompasiana baru"]
Saya mencuplik keluhan Kompasianer di facebook menyangkut tampilan Kompasiana:’
Tampilan baru Kompasiana versi seluler membingungkan. Tak ada menu Dashboard, tak ada menu versi Desktop. Mau post komentar sulit. Ganti browser tetap sama. Itu kenapa?(Sony Singak)diamini oleh Lis Suwasono.
Keluhan lain masih banyak bahkan kalau ditulis akan sangat panjang, tapi semua itu adalah masukan untuk Kompasiana supaya berbenah. Ketika Kompasiana mendapat respon bagus dan menjadi rujukan bagi kalangan profesional sebagai media warga yang patut dijadikan referensi, penting untuk pengelola memberi kesempatan Kompasianer menikmati sedikit keuntungan. Bukan mengharap dapat bayaran para penulis cuma berharap ada reward dari kesetiaannya dalam memberi sumbangan tulisan. Sehingga Kompasiana tumbuh besar seperti sekarang ini.
Berita baik dari Kompasiana
Yang penulis dengar dari peluncuran wajah baru Kompasiana adalah nantinya Kompasiana akan lebih menyesuaikan kontennya dengan kebutuhan masa kini. Bukan hanya sharing and connecting saja tapi lebih dari sekedar ngeblog dengan interaksi aktif baik online maupun offline. Beyond Blogging akan lebih mengedepankan tiga pilar utama yaitu Platform Blog,Pengolahan konten yang baik dan berkualitas serta big data.