Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semua Masalah Gara-gara Ahok

29 Maret 2016   14:29 Diperbarui: 29 Maret 2016   14:49 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="nasional.kompas,com"][/caption]Mengapa harus Ahok, Kenapa dengan ahok, Siapakah Sih Ahok, Bagaimana dengan Ahok, harus bagaimana menghadapi Ahok. Bisakah sehari tanpa berbicara tentang Ahok. Mengapa setiap diskusi selalu membicarakan Ahok. atau katakanlah  setiap kali ada diskusi ujung-ujungnya bicara tentang Ahok. 

Sebegitu fenomenalnya Ahok sampai orang-orang yang tidak peduli politik berusaha mencari informasi tentang Ahok. Basuki Tjahaya Purnama begitulah nama lengkap dari pria yang disebut Ahok. Ahok panggilan akrab lahir di  Manggar Bangka Belitung 29 Juni 1966, Ayahnya terlahir dengan nama King Nam. Masa kecil tinggal di desa Gantung lalu melanjutkan sekolah ke Jakarta. Ahok mengecap Bangku SMA di PSKD III dan melanjutkan kuliah di Universitas Trisakti, Fakultas teknik Geologi dengan prodi sumber daya mineral. Selain Setelah lulus tahun 1989 Ahok juga sempat menamatkan S2 nya di Prasetya Mulya jurusan Managemen keuangan.

Karir politiknya dimulai saat ia gabung ke partai PPID pimpinan Dr Syahrir. Ia kemudian terpilih menjadi naggota DPRD Bangka Belitung. Lompatan karir politiknya menanjak sejak ia kemudian terpilih menjadi bupati bangka belitung dengan prosentasi kemenangan 37,15 persen. Ahok maju menjadi Calon Gubernur Babel tetapi  karena berbagai kecurangan dan manipulasi ia kalah. Ia kemudian mencoba mengadu nasib lewat partai Golkar untuk menjadi anggota DPR MPR RI. Sebagai wakil golkar ia berada di nomor urut 4. Ahok melenggang sukses ke senayan dengan perolehan suara terbanyak.

Gaya Bahasa Ahok yang cenderung kasar dan sikapnya yang temperamen, gampang menunjukkan sikap emosi memunculkan kejengahan bagi orang yang tak terbiasa dengan gayanya. Gaya Ahok mengingatkan pada gaya preman pasar, kurang mencerminkan sikap sebagai pejabat. tapi gaya Ahok ini memang perlu untuk mengubah Jakarta yang bisa diibaratkan benang kusut. 

Banyak kebijakan tumpang tindih, banyak peraturan yang hanya mangkrak sedangkan perputaran uang  ke tangan tangan siluman, proyek-proyek fiktif, infrastruktur yang tidak sesuai dengan AMDAL dan tata kelola lingkungan yang juga tumpang tindih. banjir yang menjadi langganan setiap tahun, bencana kebakaran rutin hadir dan seabreg persoalan yang membuat kepala gubernur cenat-cenut.

Sejak memimpin Jakarta bersama Jokowi gebrakan pembangunan mencengangkan masyarakat. Waduk Pluit yang semula dangkal dan dipenuhi eceng gondok dan di sekitar waduk yang dipenuhi oleh rumah-rumah semi permanen dengan samaph-sampah tidak terurus. Kini Waduk itu sudah berubah menjadi taman yang indah dan menjadi salah satu destinasi wisata di Jakarta. Perubahan lain adalah perubahan sistem pelayanan di tingkat pemerintahan. Sekarang  masyarakat bolehlah lega dengan berbagai perubahan pelayanan cepat, kelurahan-kelurahan direnovasi, alur sungai dibersihkan, sumber-sumber masalah banjir satu persatu terurai termasuk membersihkan kampung pulau dari hunian manusia.

Gebrakan-gebrakan yang dimulai sejak menjabat sebagai wakil gubernur itu membuat banyak orang jengah terutama lawan-lawan politik yang tidak suka dengan gayanya. berbagai isupun dilontarkan untuk membendung popularitas Ahok. Semakin diserang dengan berbagai cara bukannya semakin redup ahok malah semakin berkibar. Apapun  diskusi yang sering muncul di lapak-lapak, di warung kopi, di kafe-kafe dan di mal-mal. Sekarang setelah Ahok maju sebagai calon gubernur pada pemilu kada 2017 fenomena Ahok kembali menjadi trending topik di media sosial. Di Twitter, facebook pembicaraan tentang Ahok melebihi topik lain. S

Serangan demi serangan terhadap Ahokpun semakin gencar. bahkan ada yang punya nadar akan terjun dari monas bila Ahok terpilih menjadi Gubernur, ada nenek-nenek yang sangat aktif menjadi pembicara diskusi selalu menyerang reputasi ahok dan berjanji akan  telanjang di kompleks Monumen nasional. Tidak kurang tokoh-tokoh nasional turun gunung membendung popularitas Ahok. Yusril Ihza mahendra, Sandiaga "Abdullah" Uno, M Idrus, Ahmad Dhani berusaha mencari titik lemah Ahok dalam memimpin Jakarta. Semua data dikerahkan. Koran-koran mainstream yang kebetulan kurang suka dengan Ahok mencoba membuat judul-judul provokatif untuk menjegal Ahok maju dan menang di pucuk pimpinan DKI 1. 

Fenomena yang lain adalah kiprah "Teman Ahok" yang sedang mengumpulkan dukungan terhadap ahok lewat pengumpulan KTP  dengan target lebih dari 1 juta. Dari berbagai kalangan, berbagai profesi, berkumpul dan menjadikan pengumpulan KTP sebagai batu loncatan Ahok untuk kembali duduk  kembali sebagai gubernur Jakarta. dan melanjutkan terobosan-terobosan cerdas yang mampu mengubah Jakarta menjadi lebih baik.

Gara-gara Banyak politikus pontang-panting, pengelola media sosial tersenyum puas, dunia virtual, alam maya bergolak. Banyak orang yang semula diam menjadi aktif, yang semula cuek menjadi peduli, yang semula ogah bicara politik menjadi peduli. Bukan karena kagum dengan kiprah partai politik namun sebaliknya, karena jengah dengan rekam jejak politisi senanyan maka banyak orang mendambakan pemimpin yang tidak didikte oleh partai. Mereka mendamba pemimpin jujur, tegas yang tidak mudah disetir partai politik.

Saya, penulis kompasiana, berharap muncul Ahok-Ahok baru di Indonesia untuk membenahi karut marut pemerintahan di Indonesia.  Biarkan Ridwan kamil tetap menjadi pemimpin fenomenal di Bandung. Biarkan Tri Rismaharini membenahi Surabaya. Janganlah diadu untuk mengerubuti Ahok. Lawan ahok adalah mereka yang serius, tulus membenahi Jakarta tanpa disertai embel-embel isu etnis, agama, karakter dan sentimen-sentimen idiologis lain. Jakarta dihuni orang-orang cerdas, maka perlu orang cerdas, organisasi cerdas untuk mendatangkan pemimpin setara Ahok. Jika persaingan merebut DKI 1 dilakukan dengan cara elegan siapapun pemimpin nanti yang menang nantinya adalah rakyat jakarta.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun