Rasanya terlalu tinggi sebetulnya saya menganalogikan bahwa saya terkenal, tapi dari yang bukan siapa-siapa tulisan-tulisan saya yang terpublish di Kompasiana menjadi referensi Dosen untuk makalahnya dalam event seminar nasional, tersebut dalam makalah mahasiswa lewat bacaan referensi dari Kompasiana. Bukan hanya itu tulisan sayapun mampir dan menjadi opini di portal Lensaberita.Net. Di situ nama saya dipampang besar sebagai Judul berita. Di kaskus puisi saya di kompasiana di deretkan sebagai kumpulan puisi berderet dengan penulis lain, saya ingat judulnya Sang Pemimpin. Puisi itu saya publish di Kompasiana sekitar tahun 2010. Juga artikel berjudul, Sri, Sri Mulyani dan Srikandi
Kompasiana telah membentuk diri saya untuk menjadi penulis yang sabar dan setia menjalani liku-liku persoalan kepenulisan. Awalnya ada rasa minder, sebab jika membaca tulisan kompasianer lain, terasa teramat kecil kontribusinya. Bayangkan saja saya harus ikut berebut perhatian dengan praktisi media, Jendral angkatan Udara(Marsekal), Pensiunan perwira polisi, Jendral angkatan darat, bahkan doctor yang telah malang melintang di dunia kepenulisan, apalah saya seorang guru yang terlalu berani menyumbangkan tulisan remeh temeh ke khalayak. Tapi tanpa terasa 5 tahun lebih berlalu, artikel—artikel yang terkumpul telah melewati dua ratus empatpuluh Sembilan dan artikel yang saya tulis ini menggenapi tulisan saya menjadi 245.
Jika penulis kreatif, masalah itu bisa menjadi bahan untuk menulis, entah artikel, cerpen, novel, atau malah buku motivasi yang akhirnya bisa menjadi Best seller. Raditya Dika sang Penulis muda mengeksplorasi ketidakberuntungannya dalam urusan percintaan dengan membuat tulisan-tulisan komikal, yang memanfaatkan kelemahan diri menjadi bahan candaan yang renyah. Bermula sebagai seorang blogger , raditya Dika menjadi penulsi novel yang sukses, aktor dan produser Film. Iklan produkpun memanfaatkan ikonnya yang kocak dan sedang ngetop untuk menaikkan oplah produknya. Jadi bagilah cerita duka sebagai pelajaran untuk beranjak kuat menghadapi cobaan-cobaan hidup yang datang silih berganti, berbagi suka untuk mengingatkan bahwa tidak selamanya mansuia terbelenggu duka nestapa.
Di Kompasiana banyak tulisan-tulisan yang menginspirasi, terutama ketika membaca tulisan Om Tjiptadinata Effendi. Senang membaca tulisan Mas Thamrin Sonata, penulis, penggagas penerpbitan alternative Peniti Media, Pak dosen pemerhati Ekonomi Faisal” sesat pikir” Basri, yang tidak diragukan lagi kualitas analisis datanya jika berbicara masalah ekonomi. Akang Pepih Nugraha Sang COO Kompasiana yang berjasa besar hingga Kompasiana melesat sebagai media keroyokan yang punya relawan penulis sampai ratusan ribu. Lebih banyak sukanya daripada dukanya bergabung dengan kompasiana.
Banyak event-event yang bisa diikuti kompasianer untuk mendapat”durian runtuh” dengan hadiah-hadiah menarik jika menang dalam ajang lomba penulisan content blog. Kontribusi blogger tidaklah kecil, sebab banyak perusahaan besar, menyediakan dana cukup besar untuk menampung tulisan para blogger. Tulisan kompasianer itu sebentuk promosi yang relatif low budget, karena memang penulis- penulis blog itu tidak dibayar. Sekarang blogger dan para freelancer tulis menulis boleh tersenyum sebab akan banyak tersedia lahan bagi para penulis blog untuk mengembangkan pendapatan. Banyak event berhadiah besar menanti. Akhirnya tergantung para penulis sendiri untuk menggiring takdirnya. Tanpa usaha dan semangat belajar terus menerus niscaya harapan tercapai. Tanpa usaha untuk mempublikasikan tulisannya niscaya ia hanya bagian dari jalan sunyi kehidupan. Tanpa cerita tanpa sejarah.
Jakarta, 28 Januari 2016
Ign Joko Dwiatmoko
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H