Ketika aku berkeliling di toko buku Matraman di lantai 2 aku keliling-keliling untuk membaca buku-buku terbaru, buku Best Seller, buku buku laris yang terdisplay rapi. Saat menyusuri buku-buku itu aku merasa tersihir, terpana, terkesima. Ribuan buku itu tercipta dari manusia-manusia yang rajin menulis tentunya rajin pula membaca. Setiap kali melirik cover buku selalu saja ada semangat baru dan kayalan baru. kapan aku bisa mengrimkan satu buku untuk terdisplay di toko sekeren ini. ah mimpi. Tapi barangkali mimpi bisa terwujud jika aku konsoisten menulis. Sayangnya sampai saat ini aku belum amat terfokus menjadi penulis. Aku masih amatir, menulis baru sekedar hobi belum profesional. Apakah  karena aku tidak bakat. "Tidak bukan masalah bakat. Menulis itu panggilan jiwa, menulis itu keteraturan, menulis itu konsistensi", Jawab nuraniku. "Oooo"hanya itu mulutku menjawabnya.
Ketika menyusuri display-display yang terpasang aku menemukan deretan  buku yang memprovokasi diri untuk segera bertempur melawan diri sendiri. salah satu problem terbesar dalam diri ini adalah 1. malas dan yang kedua belum Mood. Masak mau menulis menunggu Mood?Ya suasana hati susah diajak kompromi, jika pikiran kalut susah menyusun kata. Benarkah?Barangkali?Lho kok ragu menjawabnya!
aku menemukan buku tentang bagaimana cara menulis cerpen, bagaimana menjadi penulis handal, cara mudah mengarang, mengarang itu gampang. Menangguk uang dari bisnis tulis menulis.dan seabreg kiat lain agar sukses menjadi penulis. Pada prinsipnya aku tak pernah bosan membaca artikel yang memotifasi diri untuk menulis, bagiku itu penting untuk mendorong semangat dan konsistensi diri untuk selalu tidak menyerah pada garis nasib. Menjadi seorang penulis itu bukan hal yang mudah, bukan pula sulit. akan sulit jika seseorang tak pernah mau mencoba. Terasa lebih mudah jika menulis itu sudah seperti sarapan rutin.
Melihat jutaan orang bisa mengarang dan bisa membuat buku, kadang menjadi minder, ah ternyata sudah banyak orang yang berkecimpung  di dunia tulis menulis, tentu susah menemukan pangsa pasar bagi tulisan-tulisan kita?Oh itu khan kata-kata menghibur diri untuk menutupi kelemahan terstruktur banyak orang yaitu tidak pernah mau mencoba.
Dari yang aku baca di buku-buku tentang menulis. Rasanya disamping keberuntungan, nasib baik seorang penulis adalah seorang yang bisa menglahkan diri sendiri dalam mengatasi kelemahan, kemalasan dan gampang putus asa. Mereka yang sukses menulis itu adalah mereka yang berani gagal, berani ditolak. Tapi  dengan penolakan itu membuat penulis-penulis terkenal semacam JK Rowling, Ernet Hemingway tak patah arang. Bara semangat yang menyala-nyala itu yang membuat Seorang Aswendo Atmowiloto terus menjadi penulis papan atas, pun Putu Wijaya, Remy Silado, Sapardi Djoko Damono, Emha Ainun Nadjib. Begitu pula banyak penulis wanita yang menghiasi jagad kepengarangan Indonesia seperti NH Dini, MIra W, Agnes Jessica, Alberthiene Endah, Dewi"Dee" Lestari, Ayu Utami, Fira Basuki dan deretan penulis lainnya yang tetap konsisten di jalurnya sebagai penulis.
Mereka mencintai dunia tulis menulis maka mereka ada dan terus berada dalam atmosfernya. Begitu juga jika dikaitkan dengan kompasianers yang ribuan jumlahnya. Mereka adalah penulis-penulis yang siap menyambut peluang masuk dalam jajaran penulis Best seller, masuk dalam jajaran penulis sukses dengan catatan konsisten dan rajin. Ini adalah universitas. Membaca tulisan yang menginspirasi tentu membuat seseorang tetap setia bertahan dalam asa yang terpelihara.Â
Aku tidak akan pernah bosan Membaca buku tentang menulis, pun tulisan-tulisan bagus para kompasianer. Mereka itu guru, mereka itu teman bukan pesaing. Yang membedakan  kastanya adalah ketika seorang penulis konsisten dilirik admin karena selalu setia mengisi Headline, atau konsisten dapat nilai tinggi. Yang populer konsisten mendapat komentar terbanyak dan pengunjung yang sampai puluhan ribu jumlahnya.
Saat ini aku tengah setia mendekap buku tentang menulis, meskipun itu bukan jalan satu-satunya untuk sukses sebagai penulis, paling itu menjadi salah satu jendela untuk melongok kesempatan, memberi bara agar tak padam semangatnya dalam menulis.Ayo teruslah menulis, memelihara , mengipasi bara agar tetap menyala, suatu saat api itu akan mampu mematangkan mental dan memberi keyakinan bahwa menjadi penulis  bisa menjadi sebuah profesi yang menjanjikan.Â
Penyuka buku-buku tentang menulis
*) Keterangan Gambar:Â Sumber Gambar:dodi mawardi.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H