Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jakarta Kota Urban yang Jenuh Kendaraan Bermotor

18 Juni 2015   13:18 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:44 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Psiko sosial : Banyak orang terjebak dalam ego pribadi, terutama pada orang urban seperti saya ini yang secara budaya kaget dengan suasana kota yang serba terburu-buru. Secara budaya saya harus menyesuaikan diri dengan kecepatan berpikir, kesigapan bekerja yang berbeda saat saya masih di desa. Di Kota Jakarta saya mesti berpikir sebagai individi dengan segala keegoan saya. Di desa suasana kepedulian antar tetangga masih kental terasa, di kota ego manusia mempengaruhi cara bergaul dan berinteraksi. Kadang kita ingin peduli malah dikatakan sok. Akhirnya sekarang saya mengikuti gaya budaya kota yang cuek kurang peduli dan individualis. Sebetulnya bertentangan dengan nurani tapi larut dalam dinamika kota itulah yang membuat saya bertahan. Kalau tidak sejak awal saya sudah pulang kampung karena lebih nyaman di desa dengan kehidupan yang lebih manusiawi. Dalam berkendarapun kadang saya mengikuti gaya orang kota yang grasak-grusuk. Sebab jika tidak saya malah mendapat makian sedap di jalan karena terlalu tertib. Akhirnya saya terjebak menjadi perantau yang mudah marah, mudah emosi, sering panas bila ada kendaraan yang sengaja memancing emosi.

2. Polusi Udara dan Polusi Suara

Adakah kenyamanan saat melintas di jalanan Jakarta. Rasanya semua orang yang ditanya akan menjawab:”Mana nyamannya, sudah macet, panas, udara kotor, berisik lagi?”Tapi karena hampir semua orang terbiasa dengan kehidupan kota apapun suasananya akhirnya mesti dinikmati. Kalau tidak ya tidak usah datang lagi datang ke jakarta dengan segudang masalah yang ada terutama kemacetannya yang amat parah. Saya yang sudah berkeluarga dan punya rumah di Jakarta akhirnya turut menikmati kebisingan, kemacetan sebagai bagian dari kehidupan. Kalau menolak segala permasalahan yang tersaji setiap hari berarti mengundang penyakit. Padahal untuk pindah ke luar kota saya harus berani memutuskan pekerjaan yang terlanjur sudah dinikmati. Berarti harus mulai dari nol, itu yang belum bisa saya lakukan. Menjadi bagian dari masyarakat kota terutama harus siap mental menghadapi permasalahan kemacetan, kehidupan individu yang lebih menonjol, kejahatan-kejahatan di jalanan yang bisa ditemui setiap saat, ketakterdugaan saat tiba-tiba menjadi korban dari aksi kriminalitas preman, kebakaran-kebakaran yang masif terutama untuk yang tinggal di daerah yang padat penduduk, kecelakaan di perjalanan oleh tidak tertibnya manusia baik karena kesalahan sendiri atau kesalahan yang diakibatkan oleh ketidakdisiplinan kendaraan umum.

Saya adalah salah satu dari pengendara bermotor yang turut membuat kota menjadi ruwet, macet dan kotor. Saya termasuk penyumbang sampah yang membuat kota menjadi kumuh dan kotor. Kejenuhan kendaraan bermotor juga menjadi bagian dari tanggungjawab saya karena paling tidak saya menyumbang 2 motor dan satu mobil yang ikut andil dalam macetnya kota metropolitan. Harapan saya kalau ada kendaraan umum yang mampu menggantikan kenyamanan berkendara tentu dengan suka hati akan beralih ke moda umum. Tapi setelah saya kalkulasi untuk saat ini saya masih nyaman naik motor karena lebih tepat waktu. Saya berharap bila nanti budaya berubah dengan lebih mengutamakan moda transportasi umum sistem transportasi darat harus terintegrasi sehingga dari segi biaya , waktu, kenyamanan bisa dipenuhi oleh kendaraan umum. Sumber Gambar:

1. liputan6.com

2.luckydc.wordpress.com

3.hoteljakarta.info

Salam Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun