Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membangun Kepercayaan untuk Perusahaan Jasa

21 Februari 2015   20:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Jasa transportasi baik darat, laut dan udara butuh biaya lain selain finansial,dari hasil penjualan tiket. Rasanya banyak perusahaan transportasi di Indonesia belum memperhatikan faktor yang satu ini. Yaitu memelihara kepercayaan klien atau penumpang. Banyak perusahaan otobis yang mengabaikan keamanan, kenyamanan dan kepuasan penumpang. Begitu juga dengan perusahaan penerbangan. Kasus delay Lion air yang membuat penumpang marah dan menyandera petugas dari Lion air dan mengancam akan memperkarakan di pengadilan adalah gunung masalah dari terabaikannya masalah kepercayaan yang harusnya perusahaan jasa. Bukan hanya  perhubungan, properti terutama di jakarta juga sering membuat masalah dengan klien. Banyak pengembang berani menawarkan rumah padahal surat-surat terutama akta tanah dan statusnya masih bermasalah.

Mereka sering mengabaikan bahwa memelihara kepercayaan itu bisa ditunda atau dinomorduakan. Makanya banyak hal tumpang tindih terjadi di negara ini. Bandara yang bertaraf internasional seperti Bandara Soekarno Hatta masih dikompalin karena masih melakukan pelayanan yang buruk terhadap penumpang. Padahal bila penumpang dibuat nyaman dengan okupasi kepercayaan tinggi pasti akan mendapat apresiasi bagus dari penumpang. Mereka akan menjadi pelanggan setia dan nyaman bepergian tanpa diganggu dengan berita tentang pelayanan dan perlakuan buruk petugas atau perusahaan jasa penerbangan. Misalnya mengalami delay perusahaan sekuat tenaga mengembalikan kepercayaan dengan menservis penumpang  dengan menginap di hotel atau dengan cepat mengganti tiket dan sejumlah servis yang lain. Kasus Lion Air milik Rusdi Kirana dapat menjadi pelajaran berharga. Harusnya setiap pengusaha cepat tanggap agar tidak terjadi kejadian memalukan yang akan mencoreng kepercayaan dari pengguna jasa.

Rasanya sebagai masyarakat saya malu melihat gunung persoalan jasa yang membuat Indonesia terbenam dan menggangu kemajuan bangsa ditengah persaingan global yang sudah di depan mata. Tentunya sebagai warga negara ingin melihat bahwa Indonesia mapu bersaing dengan negara-negara maju seperti Singapura, Amerika, Jerman, Jepang, Korea Selatan. Namun karena etos kerja dan pandangan tentang bisnis dan segala liku-liku pelayanan jasa saja masih amburadul mungkin kita cuma bisa berkayal saat ini untuk mensejajarkan diri dengan negara semacam Singapura.

Dalam hal mental, etos kerja maupun sumber daya manusia untuk menjadi maju rasanya masih jauh. Langkah pertama tentu membenahi mental dan etos kerja agar kita mampu melepas bayang-bayang hanya menjadi negara berkembang dan middle state di tengah globalisasi ekonomi dunia. Indonesia sebetulnya mempunyai sumber daya alam yang melimpah namun alam  yang melimpah itu belum mampu memakmurkan rakyatnya sendiri.

Mari bersama- sama berbenah untuk membangun Indonesia ke depan dengan lebih baik. Bangun kepercayaan agar Negara lain melirik Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata yang menarik. Bukan hanya karena keindahan alamnya tapi juga pelayanan publiknya yang memuaskan. Kita sudah punya alam yang mengagumkan tapi tentu saja harus disertai pelayanan yang baik dari perusahaan penerbangan Internasional, domestik serta Hotel-Hotel yang mampu membuat wisatawan balik dan balik lagi ke ke Indonesia. Intinya bangun kepercayaan mereka agar mereka tidak kapok dengan pelayanan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun