Ketika membaca berita viral belakangan ini, saya tersentak, tak habis pikir. Sebagai contoh, berita yang sedang hangat tentang rektor yang menuliskan sesuatu berbau rasis. Apapun alasannya, untuk setingkat rektor dengan gelar profesor, sudah semestinya menjaga kalimatnya, baik lisan maupun tulisan.Â
Berpendapat boleh, tetapi tetap harus diperhatikan caranya.
Belum lagi berita viral lain yang sungguh menyesakkan tentang seorang rentenir yang menagih utang kepada jenazah, hingga menahan jenazah dimakamkan. Menagih utang memang kewajiban, tetapi sekali lagi tetap harus diperhatikan caranya.
Jangan tanya kasus-kasus lain yang seakan sudah kehilangan kemanusiaan. Sebuah realita di masyarakat bahwa sebenarnya kita darurat kemanusiaan.
Lalu, yang salah siapa? Apakah agama yang tidak mengajarkan nilai-nilai kebaikan? Atau, pendidikan yang telah gagal mencetak generasi berbudi luhur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945?
Jika kita telaah, kita sepakat bahwa tidak ada satu agama pun yang mengajarkan tentang kekerasan, intoleran, radikalisme, atau sifat negatif lainnya. Sejak kecil, ketika kita memilih agama masing-masing, kita sudah diajarkan nilai-nilai kebaikan. Sejatinya setiap agama mengajarkan tentang menyayangi baik terhadap Tuhan, sesama manusia, atau terhadap lingkungan dan makhluk hidup lainnya.
Lalu, jika kita sudah belajar agama sejak kecil, nilai-nilai kebaikan itu ditanamkan sejak belia, mengapa kita justru jauh dari nilai kemanusiaan? Apakah agama tak cukup kuat membentengi kita dari keburukan?
Banyak faktor yang mendorong perbuatan manusia, termasuk lingkungan. Di sini faktor pendidikan penting mengambil peranan sebagai bagian dari pembentuk kepribadian manusia. Pendidikan dan agama tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan satu kesatuan yang saling mendukung.
Pendidikan merupakan suatu jalan memanusiakan manusia. Tak tanggung-tanggung, Indonesia khususnya, sudah berulang-ulang merombak sistem pendidikan untuk mencari sistem pendidikan terbaik. Hal ini dilakukan guna mendorong terciptanya peserta didik yang unggul.Â
Dalam artian mengembangkan semua potensi yang dimiliki agar menjadi manusia berkualitas, dari segi akademik maupun perilaku.