Tak ada yang lebih sopan daripada menyampaikan kritik lewat puisi
Tak ada yang lebih menggelitik daripada komedi yang diam-diam disatire sajak
Tak ada yang lebih menusuk daripada pedang yang dihunus oleh majas
Tak apa, mulutku dijahit pasal-pasal
Tak ada risau, ketika tanganku diikat kebijakan penuh bualan
Tak akan terhenti kaki meski dipasung oleh segelintir kepentingan penguasa
Aku tumbuh dari huruf menjelma kata-kata
Aku bernapas dalam sajak dengan majas-majas
Aku bersuara ketika tak ada lagi yang bisa diorasikan
Aku hidup, bukan sekadar deretan kata tanpa makna
Aku adalah api yang membakar ketidakadilan
Aku adalah air yang menyejukkan hati para pujangga
Aku adalah jelmaan mereka yang tersesat dalam belukar rasa
Aku adalah perwujudan mereka yang indah sekaligus tajam, lembut sekaligus garis keras
Jangan bungkam mulutku, sebab aku akan hidup selamanya
Bersemayam di hati para pejuang dan membara di mata penikmat kata-kata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H