Ramadan sebentar lagi meninggalkannya
Tak mungkin digenggam sangat erat atau diikat dengan kuat
Sebentar! Sebentar! Sebentar lagi ....
Jika saja bisa, tentu ia akan menahan semampunya
Namun, ia seperti waktu
Pergi tanpa harus pamit dan menyampaikan salam
Ia sudah tahu, siapa orang-orang yang mencintainya, hanya saja
Ada yang ingin ia peluk lebih lama
Tetapi sudah cukup, ia juga tak mungkin berlama-lama
Ada perempuan yang menangis saat ia pergi
Ia seperti manusia-manusia lain
Ia ingin berjaga bahkan jika itu semalaman, ia rela
Ia ingin sempurna
Namun, ia sadar bahwa ia perempuan
Tak ada yang sempurna saat ia ingin sempurna
Ia selalu punya celah;
kehilangan setidaknya seminggu dalam waktunya;
tak ada kata khatam dalam jadwalnya;
ada yang selalu merengek dalam peluknya;
ada yang hidup di kandungannya.
Mungkin ada yang sempurna, tetapi tidak selalu sama
Ia menangis dalam sujud panjang, merasa kehilangan, entah kapan ia akan bersua kembali
Ia menyesal mengapa ia tak bisa menyempurnakan Ramadan tahun ini
Lalu ia pergi, sembari berbisik
"Tak apa, yang kamu lakukan adalah kewajiban yang Tuhan anugerahkan hanya kepadamu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H