Mohon tunggu...
dwiasi wiyatputera
dwiasi wiyatputera Mohon Tunggu... -

Truly sharing n inspiring,seorang bhayangkara campuran dayak dan jawa yang lahir di ambon mempunyai hobi traveling ,fotografi (narsis),membaca ,Menonton dan mendengarkan musik yang enak, besar di berbagai tempat dan ingin berbagi pengalaman dari tulisan .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisa Psikologi terhadap Tawuran di Jakarta Pusat

19 Juli 2011   05:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 4270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua tawuran antar warga terjadi di Johar Baru, Jakarta Pusat dalam waktu yang hampir bersamaan, Minggu (17/7/2011). Meski tidak ada korban jiwa dalam lima tawuran itu, namun satu mobil warga dan satu mobil patroli Polsek Metro Johar Baru dirusak massa. Tawuran pertama terjadi sekira pukul 17:00 WIb, di Jalan Kawi-Kawi Bawah antara warga RW. 08 dengan warga RW. 01 Kelurahan Johar Baru. Tawuran yang menggunakan batu, botol, kayu, petasan ini mengakibatkan mobil sedan Toyota milik warga Nopol B-2861-WS mengalami pecah kaca. Dalam peristiwa ini,petugas mengamankan seorang pelaku bernama Daniel Hutagaol, kini masih menjalani pemeriksaan di Mapolsek Metro Johar Baru. (Sumber:DITRESKRIMUM )Tawuran kedua terjadi di Jalan T Kampung Rawa Rt. 05/03 Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat, sekira pukul 23:10 WIB. Tawuran terjadi antara warga RW. 03 dengan warga RW. 04 Kampung Rawa. Tawuran ini juga menggunakan batu botol, anak panah dan petasan. Dalam peristiwa ini pintu rolling door milik warga mengalami rusak. Mobil patroli Polsek Metro Johar Baru yang melakukan pengamanan lokasi juga dirusak massa hingga kaca belakang mobil pecah. Aksi tawuran ini berhasil dikendalikan pada pukul 23:25 WIB. Petugas Polsek Metro Johar Baru masih melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus ini.

Polri sebagai organisasi jasa pelayanan publik yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat serta penegakkan hukum merupakan profesi dengan memiliki beban tugas yang tinggi. Polisi dianggap sebagai institusi birokrasi yang menjadi kepanjangan tangan pemerintah dan selalu dihadapkan pada residu persoalan sosial yang serba kompleks. Artinya imbas dari berbagai pergolakan politik, ekonomi, dan persoalan sosial yang menyebabkan pada tingkat kesulitan hidup masyarakat hampir selalu berhadapan dengan tugas-tugas kepolisian termasuk diantaranya demonstrasi atau unjukrasa sampai pada tawuran pelajar dan pekelahian warga.

Perilaku kelompok atau saksi rusuh masa memiliki ciri khas serta memiliki dinamika tersendiri sehingga hampir selalu berakibat pada perilaku anarkis dalam waktu sekejap, artinya petugas selalu dihadapkan pada situasi yang fluktuatif dan situasi di lapangan sewaktu-waktu dapat berubah menjadi tidak terkendali (chaos). Hal ini membuat seolah-olah petugas menjadi bulan-bulanan situasi saat menghadapi aksi massa, bahkan dalam situasi tertentu justru menjadi bagian dari massa itu sendri dan secra emosional bertindak spontan, larut dan bereaksi konfrontatif terhadap massa.

Situasi tersebut sangat natural dan alami sepanjang situasi dan cara bertindak masih dalam mekanisme kontrol serta berpedoman pada SOP (Standart Operating Prosedur), persoalannya adalah siapa yang mampu menjamin kondisi tersebut selalu terkendali dan bagaimana cara mengeliminir situasi massa untuk selalu terpetakan saat demi saat. Situasi dan kondisi lapangan akan selalu berbeda namun ada beberapa han prinsip dalam perpektif psikologi yang berangkali bisa dipedomani sebagai pembekalan awal. Untuk lebih mengenali dinamika perkembangan massa dengan pemahaman yang sederhana.

Hal ini menjadi penting karena sikap kritis dan tuntunan masyarakat yang kadang cendrung berlebihan terhadap kinerja dan pelayanan Polri dan meningkatkannya dinamika atau politik yang ada semakin menambah stressor dan potensial menimbulkan frustrasi kolektif. Selain itu aksi massa yang terjadi didaerah-daerah tertentu khususnya di wilayah Polda Metro Jaya seolah-olah sudah menjadi budaya yang diwariskan sehingga menanamkan kebencian antar kelompok (fenomena ingroup-outgroup).

Terlepas dari hal itu meskipun polisi bukan sebagai institusi utama yang bisa menyelesaikan akar masalah setidak-tidaknya ada pengharapan masyarakat terhadap peran petugas polisi di lapngan sebagai pelaksana terdepan dalam menyikapi persoalan tersebut.

Maksud dari penulisan ini adalah menyajikan gambaran dan dinamika massa dalam perspektif psikologi massa untuk menyikapi fenomena aksi massa yang terjadi di wilayah hukum Polda Metro Jaya khususnya Polres Jakarta Pusat.Pemahaman tentang Psikologi massa secara sederhana ini penulis bertujuan untuk memberi gambaran bagi pembaca tentang Informasi Psikologi  dalam menyikapi fenomena tersebut ( penanganan aksi massa ) sebagai sebuah persoalan serius, untuk kemudian dapat menentukan antisipasi dan tindakan yang nyata oleh anggota polri khususnya .Beberapa kejadian tawuran yang menonjol di wilayah polda metro :

  1. Aksi kerusuhan massa dalam kasus Mbah Priok di Koja – Jakarta Utara bulan aApril 2010 yang menelan korban lebih dari 100 Orang dan 50 orang lebih meninggal dunia baik dari pihak Masyarakat maupun pihak aparat.
  2. Aksi diwilayah Duri Kosambi – jakarta Barat sekitar bulan Juni 2010 antara kelompok Masyarakat dengan Etnik tertentu yang berakhir sampai pembakaran lapak dan menelan korban 1 Tokoh masyarakat.
  3. Kasus dijalan Ampera – Jakarta Selatan bulan September 2010 sebagai rangkaian kejadian sebelumnya yang menelan 4 korban tewas dan Kapolres Jakarta selatan terluka dalam Insiden tersebut
  4. Awal bulan Juli 2011 Polres Jakarta Pusat disibukan oleh 2 ( Dua ) kejadian di TKP yang berbeda ( Johar baru dan Pasar Rumput ) berupa tawuran antar warga dalam saat yang hampir bersamaan.
  5. Serta kejadian tawuran yang baru terjadi diatas di Johar Baru, Jakarta Pusat Minggu (17/7/2011)

Kejadian tawuran ditinjau dari aspek PSIKOLOGIS

  1. Ada teori Psikologi yang menyatakan bahwa padasarnya manusia adalah makhluk pencari kenikmatan ( Pleasure Principle ) dan segala bentuk perilakunya dilandasi dorongan Insting yaitu Insting untuk hidup ( cinta Sek libido , Eros ) dari insting kematian ( amarah , agresi, mortalis, tanathos ) namun disisi lain manusia sebagai makhluk social, manusia memiliki tanggung jawab peran sosial yang harus dilakukan dan menuntut manusia agar selalu menyesuaikan diri dalam mencapai keseimbangan antara dorongan pribadi dan tuntutan sosial. Secara alami manusia akan hidup berkelompok dan diantara mereka mengelola relasi secara intensif sehingga memiliki kebersamaan yang lebih mendalam ( sense of belongingess ) dan ada semacam aturan main tidak tertulis yang mencirikan kelompok tersebut.
  2. Menurut carl Gustaf Le Bon seorang Psikolog ( ahli ilmu jiwa massa ) mengatakan bahwa perilaku kelompok itu bersifat Khas dan memiliki ciri – ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri – ciri atau sifat keseharian sebagai pribadi.

Beberapa Teori  Psikologi kelompok , antara lain :

-    SOCIAL CONTAGIOUS THEORY, dalam situasi massa membuat perilaku seseorang akan mudah tertular oleh perilaku orang - orang disekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun