Mohon tunggu...
Inovasi

Andrea Hirata, Laskar Pelangi dan Kata-kata Ajaibnya

11 Juni 2016   21:00 Diperbarui: 11 Juni 2016   21:06 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Apa yang terbersit di kepala anda ketika mendengar kata “Laskar Pelangi” ?

Ikal, yang bertubuh mungil dan beberapa kali jadi bahan keusilan teman-temannya? Lintang, yang luar biasa cerdas namun harus kalah dengan keadaan ekonomi yang tak pernah berpihak pada nasibnya? Mahar, sang seniman cilik nyentrik yang menganggap semua hal di dunia ini adalah sebuah mahakarya seni yang selalu bisa di agung agungkan? Atau Bu Mus, sesosok wanita yang dengan ketekunan dan kesabarannya menghadapi kesepuluh anak-anak yang seringkali susah diatur?  Atau malah anda akan terbayangkan mengenai keindahan Pulau Belitong, yang begitu melegenda dan dideskripsikan secara apik oleh penulisnya? Bagi anda penggemar novel ini, hanya mendengar Laskar Pelangi, dan pikiran anda akan dipenuhi berbagai bayang-bayang mengenai para tokohnya, alur ceritanya, pesan-pesan yang begitu bermakna, dan tutur kata penulisnya yang begitu rumit namun indah. Berbagai hal yang membuat anda jatuh cinta dengan novel ini. Dan semua hal ini muncul dari tangan ajaib seorang putra daerah Belitong, sang penulis yang membuat Laskar Pelangi begitu hidup di mata pembacanya, bahkan setelah bertahun-tahun setelah rilisnya. Dialah Andre Hirata.

Novel Laskar Pelangi pertama kali dirilis pada tahun 2005. Dan saya pertama kali membaca novel ini sekitar tahun 2007, dua tahun setelah rilisnya. Ketika itu guru Bahasa Indonesia saya memberikan tugas meresume sebuah buku atau novel, kami diberi tenggang waktu, dan beliau merekomendasikan Laskar Pelangi untuk kami baca lalu rangkum. Pertama kali melihat buku tersebut di kelas, dan teman-teman langsung mengeluarkan helaan napas panjang saat guru kami memperlihatkan novel Laskar Pelangi yang cukup tebal. Hahaha.

Karena tugas, akhirnya kami pun mau tak mau harus membaca dan merangkumnya. Saya awalnya tak menyangka sama sekali, bahwa buku ini nantinya akan membawa dampak yang cukup besar pada saya. Membaca bab pertama buku ini, membuat saya ketagihan. Saya ingat kalau bukan karena panggilan adzan, saya mungkin tidak akan berhenti membaca hingga selesai. Novel setebal 529 halaman saya selesaikan hanya dalam waktu 3 hari. Disamping tugas meresume yang harus saya selesaikan, ada perasaan lain yang tertinggal setelah membaca buku ini. Saya jatuh cinta. Jatuh sedalam-dalamnya. Saya suka cara Bang Andrea menggambarkan karakter tiap tokohnya. 

Saya seolah mengenal setiap tokohnya secara personal. Saya suka cara Bang Andrea menceritakan secara runut kejadian demi kejadian yang akhirnya tersusun menjadi kenangan super manis yang bahkan ketika saya membacanya, saya ikut tertawa, menangis, tersenyum, seperti saya sedang menyaksikan langsung kejadian-kejadian tersebut. Saya suka cara Bang Andrea memilih tiap kata, mengubahnya menjadi kiasan-kiasan ajaib yang menyihir para pembacanya untuk ikut larut dalam potongan-potongan keseharian Ikal dkk. Setiap kata dalam buku ini, setiap kalimat, bahkan setiap paragrafnya, ah saya jatuh cinta dibuatnya. Saya masih ingat bagaimana saya ikut tersenyum bahkan tertawa ketika Ikal dan kawan-kawannya saling mengolok satu sama lain, namun sayang juga tak akan lupa bagaimana hati saya sakit saat tahu Lintang tak bisa melanjutkan sekolahnya karena himpitan ekonomi, lalu teman-temannya melepasnya dengan haru yang dalam. Buku ini bagi saya, seolah buku ajaib yang kapanpun saya buka dan saya baca, rasanya akan tetap sama. Menakjubkan. Dan semua kesan ini lahir dari tangan dingin seorang Andrea Hirata.

Karya Lain Bang Andrea

Laskar Pelangi rupanya melahirkan sebuah tetralogi yang (lagi-lagi) membuat saya begitu ketagihan untuk menghabiskan semuanya. Disusul dengan Sang Pemimpi, yang menceritakan mengenai masa remaja Ikal dan Arai hingga perjuangan mereka untuk kuliah di Perancis, lalu dilanjutkan dengan Edensor, yang dengan sukses membuat saya menggantungkan satu mimpi baru untuk bisa melihat desa Edensor secara langsung satu hari nanti. Dan yang terakhir, Maryamah Karpov. Tentang perjuangan seorang perempuan yang selalu menarik dan mengaduk emosi saya bila dibaca ulang. Keajaiban yang diciptakan Bang Andrea terus berlangsung dengan lahirnya Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas. Saya adalah salah satu dari sekian banyak penikmat karya-karya Bang Andrea, saya begitu menyukai bagaimana beliau selalu menyisipkan humor-humor yang terdengar begitu indah namun sebenarnya menggelikan. Bagi saya, Bang Andrea tak pernah gagal dalam menjatuh bangunkan emosi para pembacanya, membawa para pembacanya untuk ikut masuk ke dalam cerita, ikut menjadi bagian dalam setiap potongan kisah yang dinarasikannya. Bagi saya, karya-karya Bang Andrea adalah sebuah inspirasi. Sebuah kesegaran tersendiri. Sebuah getaway dari rutinitas sehari-hari yang begitu jemu dan membosankan.

Kini 2016, 11 tahun setelah novel debut Andrea Hirata pertama kali dirilis. Karya terakhir yang beliau keluarkan adalah novel Ayah, yang dirilis pada 2015 lalu. Butuh waktu 6 tahun bagi Bang Andrea untuk menyelesaikan karya teranyarnya ini. Cukup lama apalagi bagi para penggemarnya yang senantiasa menunggu hasil karya terbarunya. Bang Andrea beralasan kesibukan beliau dalam menerjemahkan novel Laskar Pelangi ke dalam 34 bahasa merupakan salah satu faktor penting yang membuat terhambatnya proses penyelesaian karyanya. Sebagai pembaca setia, kami akan selalu menunggumu Bang, hahaha. Terus berkarya Andrea Hirata, jangan pernah berhenti untuk mengajak kami masuk dalam setiap kisahmu, ajak kami untuk berpikir dan memahami bahwa setiap potongan kisah, bila disatukan, akan menjadi sebuah cerita yang besar, yang memiliki jutaan arti. Never stop making us falling in love through your words, Bang. Maju terus demi kejayaan dunia sastra Indonesia.

Ah, jadi rindu membaca kembali Laskar Pelangi, entah untuk yang keberapa kalinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun