Mohon tunggu...
Dwiarko Susanto
Dwiarko Susanto Mohon Tunggu... profesional -

Saya adalah seorang konsultan dan trainer di BrandKita yang bergerak di bidang Smart Branding (Personal Brand, Company Brand dan Online Branding) , dan juga seorang pemilik usaha di bidang konsultan IT. Saya tertarik dengan dunia pengembangan diri, sehingga saya ikut rutin mengikuti kegiatan training di Indonesia Berbakti.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Respon Positif Jadikan Kamu Lebih Baik

19 Februari 2010   10:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:50 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Salam jumpa rekan-rekan semua. Mungkin diantara rekan-rekan ada yang terprovokasi dengan judul itu atau mungkin justru sudah sering melihat judul itu di Internet.

Dalam tulisan kali ini saya tidak bermaksud memprovokasi rekan-rekan semua darisisi negatif. Tapi kalau dibilang mau memprovokasi dari sisi posistif .... emang itu tujuan saya.

Ini cuma sharing dari pengalaman saya yang sudah sekian tahun mencoba memotivasi rekan-rekan muda untuk hidupnya tidak hanya bermimpi yang mudah saja. Bahkan dalam hal ini saya juga mau sharing bagaimana saya juga dulu memulai sebuah usaha dengan modal dengkul. Tahu Dengkul kaha ? hehehhe

Sebelumnya silahkan simak ilustrasi dibawah ini :

===========================

Ada seorang lelaki yang menjelang ajalnya memberikan warisan masing-masing sebuah toko kelontong dan sebuah wasiat berupa nasihat penting kepada kedua anaknya. Disaksikan oleh istrinya, ia berpesan, “Anakku, jika kalian ingin membahagiakan aku di alam sana, maka lakukanlah dua pesanku ini. Pertama, jangan pernah menagih utang kepada orang yg berutang kepadamu; dan kedua, jika kalian pergi ke dan pulang dari toko yang aku wariskan kepadamu, jangan sampai wajahmu terkena sinar matahari.” Dengan pesan yang tak galib itu, ia pun wafatlah.

Waktu berjalan terus. Dan lambat laun ada hal yang menarik perhatian janda almarhum, ibu kedua anak lelaki tadi. Ia menyaksikan bagaimana dari tahun ke tahun anaknya yang sulung bertambah kaya, sedang yang bungsu menjadi semakin miskin. Mereka mendapatkan warisan sebuah toko yang nilainya relatif sama. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Pada suatu hari, sang Ibu menanyakan hal itu kepada si bungsu yang sedang berkunjung ke rumahnya. Si bungsu pun menjawab, “Ini karena aku mengikuti pesan almarhum ayah. Ayah berpesan bahwa aku tidak boleh menagih utang kepada orang yang berutang kepadaku; akibatnya modalku susut karena orang tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih. Ayah juga berpesan supaya kalau aku pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya, tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya aku harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya aku bisa berjalan kaki saja. Ini membuat pengeluaranku bertambah banyak. Jadi, semua ini terjadi karena aku menaati pesan Ayah”. Si Ibu terdiam dan tak tahu harus berkata apa.

Hari berikutnya ia menemui anak yang sulung dan bertanya bagaimana ia bisa bertambah kaya dari tahun ke tahun. Ibu yang semakin tua ini ingin tahu rahasia sukses si sulung agar bisa diajarkan kepada si bungsu. Si sulung pun menjawab,“Aku berhasil karena menaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya aku tidak menagih kepada orang yang berutang kepadaku, maka aku hampir tidak pernah mengutangi orang lain, sehingga tak perlu menagih. Ayah juga berpesan, agar aku tidak sampai terkena sinar matahari ketika berangkat ke toko atau pulang dari toko ke rumah. Karena itu aku berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Tokoku buka paling pagi dan tutup paling malam, sehingga bisa melayani lebih banyak pembeli dan menjadi laris. Jadi semua ini aku lakukan untuk menaati pesan almarhum Ayah.”

==============================

Saat saya sering kali memngadakan seminar motivasi selalu saya awali dengan cerita diatas. Memang cerita ini mungkin sudah ada yang pernah baca / dengar karena cerita ini saya dapat dari seorang sahabat motivator terkenal se Asia.

Dalam cerita diatas saya dapat melihat bahwa kita semua manusia (yang dirinya masih mengaku manusia) ternyata diberi warisan sama Tuhan sama. ada dua warisan yang akan saya bahas yaitu :

1. Warisan hidup

Kesannya sepele, tapi kita memang harus mensyukuri masih diberi hidup oleh yang Maha Kuasa yakni Tuhan.

2. Hak memilih

Iya inilah yang diberikan Tuhan pada kita untuk bisa selalu memilih jalan hidup kita, menentukan keputusan hidup kita. Sehingga kita didunia ini tidak seperti robot, yang hanya menuruti perintah saja

Yang menjadi pertanyaan " Bila warisan kita sama, mengapa kita jadi berbeda-beda?" Banyak hal sebenarnya menjawab pertanyaan ini. Cuma saya mau menfokuskan pada satau hal, yaitu respon kita terhadap warisan ini. Seperti cerita ilustrasi diatas Sibungsu merespon dengan tidak menagih hutang dan jalan ketempat kerja dengan kendaraan. Berbeda dengan si Sulung yang merespon dengan tidak memberikan hutang dan pulang-pergi di pagi-pagi hari sebelum matahari terbit maupun pulang disaat sudah gelap.

Sama juga dengan kita dalam merespon 2 hal warisan Tuhan ada yang mengatakan saya kurang ini - itu tetapi ada juga yang bersyukur dengan warisan yang telah diterima. Dan yang jelas melakukan respon positif terhadap warisan Tuhan tersebut.

Contoh yang saya sering dengar dari teman-teman muda kita, mereka sering mengatakan "Pak saya mau berwirausaha tetapi saya tidak punya modal". Lalu sering saya katakan, kamu punya otak ? kamu punya teman? dua hal itu bisa kamu gunakan untuk memulai karir kamu sebagai pengusaha. Seperti yang saya lakukan dulu.

Respon positif akan menjadikan kita lebih baik dan bila dilakukan terus menerus akan memunculkan tindakan positif.... otomatis hidup kamu akan cemerlang. Good Luck!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun