Mohon tunggu...
Dwiarko Susanto
Dwiarko Susanto Mohon Tunggu... profesional -

Saya adalah seorang konsultan dan trainer di BrandKita yang bergerak di bidang Smart Branding (Personal Brand, Company Brand dan Online Branding) , dan juga seorang pemilik usaha di bidang konsultan IT. Saya tertarik dengan dunia pengembangan diri, sehingga saya ikut rutin mengikuti kegiatan training di Indonesia Berbakti.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penghancur Bangsa Indonesia Ada di Sini

13 Mei 2011   12:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:45 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku hanyalah seorang GURU. Dalam perjalanan hidupku dan memenuhi panggilan jiwa sambil mencari sesuap nasi, saat itulah aku mulai menangis. Mengetahui yang sungguh tidak kuat aku tahan dalam hati ini, melihat masa depan bangsa kelahiranku hancur. Gila... apakah bangsaku hancur karena hal itu. Seakan semua itu cepat berputar dalam otak aku bagaikan melihat film tragedi garapan produsen Hollywod yang lihai memainnkan situasi. Benar, semoga ini hanyalah sebuah film, bukan kenyataan yang akan terjadi, bukan suatu penglihatan masa depan yang aku peroleh.  Semoga itu semua hanya romansa harmonisasi didalam otakku. Dimulai dari sebuah perjalanan kecil di sebuah desa di selatan kota Jogja, aku mencoba sesuatu untuk berbagi. Pada tahun 2002,hanya diawali langkah kecil menuju sebuah sekolah yang mana 10 tahun lalu rekan-rekanku bersekolah di sekolah ini. Saat aku memasuki gerbang pintu sekolah terasa nyata beda, sambil membayangkan 14 tahun lalu. Yups ... benar,  14 tahun lalu aku ingat saat melangkah memasuki gerbang sekolah ini hanya untuk main badminton (bulu tangkis) dengan beberapa temanku dan beberapa guru disekolah ini. Benar sekolah ini sekolah yang mempunyai halaman luas. Saat langkah-langkahku mulai masuk ke lorong-lorong gedung sekolah tersebut, terasa keheningan dan aku melihat sekilas dari sela-sela jendela anak-anak dengan serius belajar. Aku mencari ruang sekolah yach... Aku akhirnya ketemu kepala sekolah dan mengobrolkan beberapa kemungkinan materi-materi yang akan aku ajarkan di sana. Disitulah aku memulai aktivitasku untuk mulai memberi warna kehidupan bagi anak-anak didikku. berinteraksi dengan anak-anak yang mempunyai kemauan maju walau kerbatasnya fasilitas di sekolah tersebut. Yach senyum dan keceriaan mereka sampai saat ini menjadi motivasiku untuk terus berbagi. Sekarang tahun 2011, aku sudah hampir 3 tahun lebih membagi ilmu di kota besar. Ya .. kota besar yang kata orang tidak pernah tidur, dan banyak fasilitas yang tersedia. Bahkan di kota besar ini aku bergabung dengan institusi pendidikan yang cukup besar dan mempunyai predikat luar biasa dibidang teknologi. Benar aku hidup di JAKARTA, yang sebagian orang mengatakan kalau kota ini bagaikan processor bagi bangsa Indonesia.  Dan aktivitasku juga tidak jauh-jauh dari anganku untuk berbagi. Ya benar ... aku jadi GURU yang sebagian besar orang-orang dikota ini memandang sebelah mata, berbeda dengan di daerah asalku sana, disana waktu itu GURU masih merupakan profesi yang terhormat. Perilaku anak-anak didikku pun sudah jauh beragam dibandingkan dengan di daerahku sana. Waktu itu aku sering menemukan percikan-percikan semangat untuk belajar ditengah-tengah situasi dan kondisi yang terbatas. Tetapi perilaku anak didikku di kota besar ini sungguh berbeda. Aku harus berpacu dengan segala fasilitas teknologi yang dipunyai oleh mereka. Tetapi anehnya melimpahnya fasilitas itu tetap tidak bisa memacu mereka untuk belajar. Aneh di tengah-tengah kelimpahan fasilitas tapi disini ternyata miskin percikan-percikan semangat belajar. Bahkan aku harus berupaya dengan segala macam cara dan metoda supaya satu per satu anak didikku menemukan sendiri letupan-letupan semangat itu. Saat - saat itulah kadang hatiku merintaih menangis...... ternyata bangsaku hancur bukan karena .... Kehancuran Dunia Bila kita melihat abad ini penyakit yang paling mengerikan adalah HIV, bahkan sampai anak-anak pun sudah ada yang terjangkiti penyakit ini. Dengan mengidap penyakit ini nantinya kekebalan tubuh manusia tergerogoti oleh sebuah virus yang sampai saat ini belum ada obatnya yang pasti. Baru sebagian orang yang merasa cocok dengan beberapa obat alternatif, tetapi secara medik belum final untuk memastikan obat HIV. Apakah populasi manusia akan berkurang dengan HIV ? Penyakit ini mungkin akan menghancurkan populasi manusia di dunia ini. Ada lagi diabad ini yang ditakuti oleh dunia yaitu TERORIS, berbagai daerah perang dengan alasan pemberantasan teroris. Dan ada juga daerah-daerah di dunia ini yang juga masih hidup dibawah bayang-bayang teror. Katanya kejahatan yang menghancurkan dunia dan negera adalah kejahatan TERORIS. Kehancuran Bangsaku Bila dunia saat ini dibayangi bayang-bayang kegelapan dalam bentuk penyakit HIV dan kejahatan TERORIS, tetapi yang aku takutkan bukanlah 2 hal tersebut. Tetapi sungguh sesuatu yang hadir ditengah-tengah kita, sesuatu yang ada di sekitar kita atau dalam diri kita, bukan hal-hal yang jauh dan terlihat seram. Simpel, nyata, sangat dekat, itulah sesutu hl yang mempunyai potensi buat kehancuran bangsa ini. Kadang aku bertanya dalam hati dan berdoa pada Tuhan, apakah ini akan menjadi kenyataan atau hanya illusi? Yach sesuatu hal yang sangat nyata, real, simpel dan tidak nampak seram, itulah sesuatu yang akan menghancurkan bangsa ini. Bahkan ini melebihi penyakit manapun dan berdampak luar biasa dibanding aksi teroris dengan jaringannya. Apakah gerangan penghancur bangsa itu ? kok sampai meyayat hati, kok luar biasa, kok berdampak sangat buruk. Tidak hanya bangsa ini yang hancur, tetapi bila terus menyebar akan mengakibatkan dunia ini hancur total. Hal yang bisa menghancurkan bangsa ini dan yang membuatku menangis dalam ketakutan adalah... kebiasaan malas berpikir... ?????? ....????? %%%% $$$$ #### .....???? LHa kok, malas berpikir bisa menghancurkan dunia. Silahkan Anda refleksikan sendiri, bila kita malas berpikir apakah yang terjadi? Pertama mungkin hanya bansaku akan dijajah bangsa lain dalam bentuk yang berbeda dengan jaman penjajahan lalu. Kedua semua kekayaan alam kita diambil, lalu ujung-ujungnya kita bila butuh sesuatu harus beli dari bangsa lain. Ketiga kita selamanya akan jadi mahkluk konsumenisme, apa-apa beli, tanpa aktif memproduksi sendiri.... Mungkin refleksi Anda jauh lebih mengerikan daripada hal yang bisa aku pikir.... Terus bagaimana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun