Tidak ada warna lain, hanya seputar cokelat tua, cokelat muda, dan warna krem yang nyaris putih. Gradasi warna itu dihasilkan cairan panas kopi dan susu yang tercampur. Melalui tangan barista, warna-warna itu menjadi penuh pola-pola atraktif pada permukaan cangkir. Pola kreatif yang menyiratkan emosi, kaya akan seni. Hiasan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Latte Art.
Berbeda dengan tampilan menu kopi lain, Latte biasa disajikan dengan hiasan khas. Pola yang dihadirkan beragam, teknik pembuatannya pun bermacam-macam. Selain cantik, Latte memiliki sifat khusus, busa lembut susu berbaur takaran kopi yang tepat menyisakan sensasi nikmat yang nyaman. Dalam penyajian Latte Art, seorang barista profesional tidak hanya menampilkan kopi dengan hiasan cantik, tapi juga memberikan racikan kopi dan susu yang pas.
Sejatinya, Latte lebih dari seni. Ia adalah secangkir kopi susu khas Italia yang memuat potongan sejarah yang menggelitik. Bermula dari kafe kecil milik Lino Meiorin, yang juga seorang barista pertama dari Italia, dan pengunjungnya yang ternyata tidak terlalu suka dengan citarasa cappuccino yang terlalu tajam untuk disesap pagi hari. Kopi yang awal mulanya disajikan di atas mangkok ini kemudian diracik ulang oleh Meiorin sesuai permintaan pelanggan, ditambahkan susu panas untuk menghadirkan sensasi yang lebih lembut. Ternyata, racikan kopi dan susu ini banyak disukai. Lama-kelamaan, Latte disajikan di atas gelas bir sampai akhirnya dituang di atas cangkir. Sajian Latte di atas cangkir inilah yang menjadi awal terobosan untuk membuat seni di atas buih halus kopi dan susu. Sensasi lembut serta pola cantiknya seringkali digunakan barista untuk memikat hati kaum hawa.
Bila tertarik untuk menikmati guratan seni barista dalam secangkir kopi, pesanlah secangkir Latte Art.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H