Dalam perjalanan ini pun kami bertemu dengan 3 wisatawan asing asal Japan yang dipandu 2 orang guide lokal. Menurut mereka ini merupakan pengalaman ke dua mereka mengunjungi Talaga Bodas. Bahkan menurut guide lokal setempat, bukan hanya turis Japan saja yang sering berkunjung ke kawasan ini, tetapi turis dari Amerika, Belanda, Germany, Australia pun menjadi langganan tempat wisata ini. Menurut saya justru hal ini sangat membanggakan, disaat objek wisata ini dipandang sebelah mata oleh penduduk Negeri ini, ternyata di luar sana bendera Gunung Talaga Bodas ini pun sudah berkibar dengan hebat nya. Sebaik nya hal ini menjadi pembelajaran bagi pemerintah sekitar khususnya Pemkab Garut, untuk lebih care dan aware memikirkan dan mengelola tempat pariwisata di daerah nya. Jika semua ini dikelola dengan baik, niscaya hal ini pasti menghasikan sesuatu yang besar pula. Menurut saya Garut merupakan sebuah kota yang memiliki sejuta potensi terutama pada sektor pariwisata, bahkan jika dikelola dengan baik bisa menjadi yang terbaik dan terbesar di kawasan provinsi Jawa Barat. Jadi, masyarakat negeri ini bukan hanya mengenal kota Garut hanya dari kota penghasil Dodol dan sentral pakaian yg terbuat dari kulit saja, yang memang selama ini memang telah menjadi trandmark kota Garut. Tetapi bisa menjadi kota dengan sejuta pesona Gunung dan wisata alam.
Pada suatu kesempatan pun saya sempat bercakap-cakap dengan salah satu warga sekitar, dari mulai hal-hal yang berbau mistis sampai mengapa semua jalan dan akses menuju Gunung Talaga Bodas ini sangat tidak terpelihara. Ternyata menurut mereka sekitar tahun 1995 gunung Talaga Bodas ini sempat hendak dijadikan PUP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) oleh pemerintah, maka jangan heran jika menemukan beberapa tabung besar yang menyerupai tabung gas berukuran raksasa disekitar kawasan Gunung Talaga Bodas, konon katanya jika jadi daya listrik yang bisa dihasilkan dari PUP Talaga Bodas ini bisa untuk menerangi seluruh daerah Jawa Barat. Namun setelah krisis Moneter menghantam Negeri ini pada pertengahan tahun 1997 project itu pun entah mengapa dan dengan alasan apa tiba-tiba project itu terhenti (mungkin hanya pemerintah setempat dan pengembang yang tahu alasan sebenarnya) dan perbaikan jalan yang dilakukan pada saat pembangunan PLTU sekitaran 1995 pun menjadi yang terakhir kalinya sampai detik ini. Maka jangan heran dengan kondisi jalan yang rusak parah di seluruh bagian menuju objek wisata ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H