Umat hindu merupakan umat yang sangat religius. Banyak orang mengetahui fakta bahwa agama hindu memiliki banyak sekali upacara-upacara keagamaan dan juga ajaran-ajaran suci yang berguna bagi umatnya. Dalam ajaran agama hindu, umat  hindu mengenal yang namanya Panca Yadnya.Â
Panca Yadnya memiliki pengertian sebagai lima jenis persembahan atau qurban suci yang dilakukan secara tulus ikhlas tanpa pamrih. Bagian-bagian dari Panca Yadnya meliputi Dewa Yadnya yaitu persembahan yang ditujukan kepada dewa, Pitra Yadnya yaitu persembahan yang ditujukan kepada leluhur, Rsi Yadnya yaitu persembahan yang ditujukan kepada Rsi atau Orang Suci, Manusa Yadnya yaitu persembahan yang ditujukan kepada Manusia, dan Bhuta Yadnya yaitu persembahan yang ditujukan kepada para bhuta kala. Dari kelima pembagian Panca Yadnya tersebut, Pitra yadnya merupakan hal yang akan dibahas pada artikel ini.
Pitra Yadnya merupakan persembahan atau qurban suci yang ditujukan kepada para leluhur. Salah satu bentuk pelaksanaan dari upacara pitra yadnya yaitu upacara ngaben.Â
Ngaben merupakan salah satu upacara adat yang tergolong Upacara Pitra Yadnya yang dilakukan para Umat Hindu, khususnya di Bali.Â
Ngaben merupakan upacara pembakaran jenazah yang bertujuan untuk mempercepat pengembalian raga sharira dari jenazah menuju alam pitra atau lebih mudahnya yaitu mengembalikan roh leluhur ke tempat asalnya. Upacara ngaben memiliki beberapa makna, contohnya yaitu pembakaran jenazah beserta simbolisnya yang kemudian disertai dengan menghanyutkan abu ke laut ataupun sungai.Â
Hal tersebut bermakna sebagai pelepasan atma dari segala hal keduniawian agar lebih cepat mencapai moksa (menyatu dengan tuhan). Selain itu, proses membakar jenazah juga disebut sebagai simbol pengembalian unsur-unsur Panca Maha Bhuta. Dari sudut pandang pihak keluarga, upacara ini menyimbolkan keikhlasan dari keluarga yang telah ditinggalkan untuk selamanya.
Upacara ngaben memiliki beberapa jenis dan bentuk pelaksanaannya. Umat hindu khususnya di Bali mengenal 5 bentuk dari upacara ngaben.
5 bentuk atau jenis dari upacara ngaben :
- Ngaben Sawa Wedana. Upacara ngaben sawa wedana merupakan upacara ngaben yang pelaksanaannya menggunakan jenazah yang masih utuh. Pelaksanaan dari upacara ngaben sawa wedana ini dilakukan dalam kurun waktu 3-7 hari, dihitung dari tanggal kematian jenazah tersebut. Namun, jika pelaksanaannya dilakukan berdasar pada skala utama, waktu persiapan dari upacara ini dapat berlangsung selama kurang lebih 1 bulan. Pada saat pihak keluarga sedang mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara tersebut, jenazah biasanya akan ditaruh di balai adat. Untuk memperlambat proses pembusukan jenazah, pihak keluarga akan menggunakan formalin. Hal yang unik dari upacara ini adalah, Ketika jenazah sedang berada di balai adat, pihak keluarga akan memperlakukan jenazah layaknya orangg yang masih hidup.
- Ngaben Asti Wedana. Upacara ngaben asti wedana ini merupakan salah satu bentuk upacara ngaben dimana jenazah yang digunakan yaitu jenazah yang dulu sudah pernah dikubur. Kuburan dari jenazah yang bersangkutan akan digali Kembali untuk diupacarai tulang belulang yang tersisa. Proses penggalian kuburan ini dinamakan upacara ngagah. Pelaksanaan upacara ngaben asti wedana ini harus disesuaikan dengan aturan adat desa setempat. Upacara mekingsan ring pertiwi akan dilakukan jika semisalnya ada suatu upacara yang tidak memperbolehkan masyarakat untuk melaksanakan upacara pernikahan ataupun kematian.
- Swasta. Upacara ngaben swasta merupakan upacara yang sedikit berbeda dengan upacara ngaben sawa wedana dan asti wedana yang dijelaskan sebelumnya. Upacara ngaben swasta ini tidak menggunakan atau melibatkan jenazah maupun kerangka mayat. Sebagai alternatif pengganti jenazah, kayu cendana yang dilukis dan diisi aksara sakral akan digunakan sebagai symbol dari jenazah tersebut, atau dapat juga disebut sebagai simbol badan kasar dan atma dari jenazah. Upacara ngaben swasta ini biasanya dilakukan untuk orang yang meninggal di tempat rantau yang jauh seperti luar negri, dan juga orang meninggal yang mayatnya tidak dapat ditemukan.
- Ngelungah. Upacara ngelungah merupakan upaca ngaben yang dilakukan khusus untuk bayi yang belum tanggal gigi. Beda dari upacara ngaben pada umumnya, pada upacara ngelungah, jenazah dari bayi yang meninggal tidak boleh diinapkan dan harus langsung dibawa ke kuburan untuk dikuburkan. Dalam kepercayaan umat hindu, bayi dianggap sangat suci. Hal tersebut yang menyebabkan pelaksanaan upacaranya berbeda dengan upacara yang dibuatkan untuk orang dewasa. Namun, jika ingin melaksanakan upacara ngelungah ini, bayi harus berusia setidaknya 12 hari.
- Ngaben Massal. Pada umumnya, pelaksanaan upacara ngaben massal sama seperti pelaksanaan upacara ngaben biasa. Yang membedakannya adalah, pelaksanaan upacara ngaben massal ini dilakukan secara bersamaan dengan pihak lain. Upacara ngaven massal ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pihak lain, entah itu pihak dari satu desa maupun pihak dari lingkup yang lebih luas. Banyak masyarakat bali yang berasumsi bahwa biaya yang digunakan ketika melakukan upacara ngaben massal lebih murah karena metode ngaben secara bersamaan ini lebih efisien dan ekonomis.
Setiap upacara keagamaan umat hindu pastinya memiliki rangkaian upacaranya tersendiri. Termasuk juga upacara ngaben. Upacara ngaben memiliki beberapa rangkaian upacara, baik itu sebelum upacara, ketika upacara berlangsung, ataupun sesudah upacara ngaben selesai.
Rangkaian-rangkaian dari upacara ngaben adalah sebagai berikut :
- Ngulapin. Ngulapin merupakan upacara yang bertujuan untuk memanggil sang atma. Upacara ngulapin ini dilakukan jika orang bersangkutan meninggal di luar rumah, seperti contoh di rumah sakit. Orang bali biasanya melakukan upacara ngulapin di kuburan desa, pertigaan jalan ataupun perempatan jalan. Namun, pelaksanaan upacara ngulapin ini berbeda-beda tergantung dari peraturan adat desa setempat.
- Nyiramin atau Mandusin. Upacara nyiramin atau yang umumnya disebut mandusin merupakan upacara yang bertujuan untuk membersihkan tubuh jenazah. Tubuh dari jenazah akan dibersihkan dengan menggunakan air. Dalam rangka ataupun tujuan untuk mengembalikan fungsi dari bagian-bagian tubuh jenazah kembali ke asalnya, pihak yang bersangkutan atau keluarga dai jenazah akan memberikan simbol-simbol di beberapa bagian tubuh jenazah. Seperti contohnya bunga melati yang ditaruh di rongga hidung, belahan kaca yang ditaruh di atas mata, daun intaran yang diletakkan di alis, dan perlengkapan-perlengkapan lainnya.
- Ngajum Kajang. Ngajum Kajang merupakan upacara yang dlakukan dengan cara menekan kajang sebanyak 3 kali yang dilakukan oleh para kerabat dari mendiang jenazah. Kajang merupakan sebuah kertas putih yang sudah ditulisi aksara-aksara sakral dan diyakini memilliki kekuatan magis. Kajang biasanya ditulisi oleh seorang pemangku, pendeta, ataupun tetua adat di desa setempat. Upacara ini dilaksanakan sebagai simbol keikhlasan dan kemantapan hati kerabat ketika melepas kepergian mendiang jenazah.
- Ngaskara. Upacara ngaskara adalah upacara penyucian dari sang jenazah. Tujuan dari pelaksanaan upacara ngaskara yaitu supaya mendiang dapat dengan cepat menyatu dengan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
- Mameras. Menurut keyakinan umat hindu, seorang cucu lah yang akan membantu utnuk menuntun mendiang melalui doa dan juga karma baik yang dilakukannya. Maka dari itu, upacara mameras hanya dilakukan jika sebelumnya mendiang sudah memiliki cucu.
- Papegatan. Upacara papegatan bermakna sebagai pemutusan hubungan duniawi dan juga cinta dari pihak kerabat maupun kerabat mendiang, karena umat hindu meyakini jika hal tersebut dapat menghalangi perjalanan roh dari jenazah menuju tuhan. Pelaksanaan upacara papegatan dilakukan dengan menyusun sebuah sesaji atau banten di atas sebuah lesung. Kemudian akan diletakkan 2 cabang pohon dadap dan diantara kedua cabang pohon dadap tersebut akan dibentangkan tali putih. Pihak keluarga maupun kerabat nantinya akan menerobos tali tersebut sampai putus.
- Pakiriman ngutang. Pada upacara ini, jenazah dan kajangnya akan dinaikkan ke atas wadah atau yang sering disebut bade setelah upacara papegatan selesai. Para kerabat dan juga keluarga mendiang kemudian akan menemani perjalanan ke kuburan dengan diiringi gamelan baleganjur. Ketika di perjalanan, jenazah akan diarak berputar sebanyak 3 kali di kali di pertigaan atau perempatan desa (bermakna sebagai perpisahan dengan lingkungan masyarakat), di depan rumah (bermakna sebagai perpisahan dengan keluarga), dan juga di depan kuburan (bermakna sebagai perpisahan dengan dunia).
- Ngeseng. Upacara ngeseng merupakan upacara pembakaran jenazah. Jenazah akan dibakar setelah melalui beberapa tahapan yang dipimpin oleh seorang pendeta. Kemudian akan dilanjutkan dengan pengumpulan tulang-tulang dari hasil pembakaran dan disusun sesuai posisi. Sisa dari tulang belulang tersebut akan dikumpulkan dan dibungkus menggunkan kain kafan.
- Nganyud. Nganyud merupakan proses upacara dimana abu dari sisa pembakaran jenazah akan dihanyutkan ke laut atau sungai. Hal ini bermakna penghanyutan segala kotoran ataubhal negative yang ada di tubuh jenazah.
- Ngeroras. Upacara ngeroras merupakan rangkaian terakhir dari upacara ngaben. Upacara ini dilakukan 12 hari setelah proses upacara pembakaran jenazah. Upacara ngeroras bermakna sebagai pelepasan 11 indria yang dimiliki mendiang sekaligus sebagai penyucian di lingkungan keluarga yang mengalami kesedihan.
Demikian informasi mengenai bentuk dan juga rangkaian dari upacara ngaben, terima kasih.