senja, ketika matahari meredupkan cahayanya, Â
Kau memulai tarian peluh di atas tanah keras ini. Â
Tetesan keringatmu jatuh, bak embun pagi yang menyirami bumi, Â
Setiap bulirnya adalah harapan yang tumbuh dalam sunyi.
Langit menyaksikan perjuanganmu tanpa jeda, Â
Angin berbisik lembut, mengiringi setiap langkah yang tak lelah. Â
Pohon-pohon mengangguk, mengerti bahasa gigihmu, Â
Dan burung-burung berkicau, merayakan semangat yang tak kenal jemu.
Kau adalah petani mimpi di ladang penuh liku, Â
Menggemburkan tanah dengan doa dan usaha tanpa ragu. Â
Matahari terbit kembali, menyambut jerih payahmu dengan senyum, Â
Dan dalam setiap tetesan peluhmu, harapan kian mekar dan harum.
Bumi ini menjadi saksi bisu dari segala asa yang kau tanam, Â
Air mata dan keringat berpadu, menjadi pupuk bagi cita-cita yang dalam. Â
Tak ada yang sia-sia, tiada yang terbuang percuma, Â
Sebab di balik setiap usaha, tersembunyi kekuatan dan cinta.
Kau ajarkan kepada dunia, bahwa di balik kerja keras, Â
Ada mimpi yang tak pernah padam, terus berpendar dalam gelap. Â
Dan saat malam tiba, dengan bintang-bintang yang menyinari, Â
Kau tetap berdiri, memeluk harapan yang tumbuh di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H