Mohon tunggu...
Dwian Sastika
Dwian Sastika Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia Sebatang Kara

Membagikan kisah inspiratif dan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tetesan Peluh, Harapan Yang Tumbuh

17 Juli 2024   06:29 Diperbarui: 17 Juli 2024   06:53 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh eberhard grossgasteiger: https://www.pexels.com

Di ujung senja, ketika matahari meredupkan cahayanya,  
Kau memulai tarian peluh di atas tanah keras ini.  
Tetesan keringatmu jatuh, bak embun pagi yang menyirami bumi,  
Setiap bulirnya adalah harapan yang tumbuh dalam sunyi.

Langit menyaksikan perjuanganmu tanpa jeda,  
Angin berbisik lembut, mengiringi setiap langkah yang tak lelah.  
Pohon-pohon mengangguk, mengerti bahasa gigihmu,  
Dan burung-burung berkicau, merayakan semangat yang tak kenal jemu.

Kau adalah petani mimpi di ladang penuh liku,  
Menggemburkan tanah dengan doa dan usaha tanpa ragu.  
Matahari terbit kembali, menyambut jerih payahmu dengan senyum,  
Dan dalam setiap tetesan peluhmu, harapan kian mekar dan harum.

Bumi ini menjadi saksi bisu dari segala asa yang kau tanam,  
Air mata dan keringat berpadu, menjadi pupuk bagi cita-cita yang dalam.  
Tak ada yang sia-sia, tiada yang terbuang percuma,  
Sebab di balik setiap usaha, tersembunyi kekuatan dan cinta.

Kau ajarkan kepada dunia, bahwa di balik kerja keras,  
Ada mimpi yang tak pernah padam, terus berpendar dalam gelap.  
Dan saat malam tiba, dengan bintang-bintang yang menyinari,  
Kau tetap berdiri, memeluk harapan yang tumbuh di hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun