Di bawah cakrawala yang berpeluh merah,
Engkau berdiri, wahai jiwa yang menggelegak,
Mengangkat tanganmu seolah menggenggam api,
Menyulut langit dengan bara semangat juangmu.
Di matamu, bintang-bintang berbisik riuh,
Menceritakan kisah-kisah perjuangan abadi,
Langit pun merunduk, mencumbu tanah,
Menyaksikan kobaran jiwa yang tak tergoyahkan.
Angin malam mencuri hembusan nafasmu,
Membawanya terbang ke pelosok dunia,
Mengajarkan setiap hembusan kepada dedaunan kering,
Bagaimana caranya bangkit meski dalam luka.
Gemuruh hujan tak sanggup memadamkan nyala, Â
Dalam hatimu yang berpijar membakar angkasa,
Awan-awan pun menari di bawah perintahmu,
Menjadi saksi pada setiap tetes perjuanganmu.
Engkau, yang merobek selimut malam,
Menggugah sang surya dari tidur nyenyaknya,
Menebar cahaya ke dalam kegelapan pekat,
Menghapus bayangan putus asa yang membelenggu.
Dalam setiap langkahmu, bumi bergetar,
Menyanyikan lagu harapan di antara kerikil tajam,
Semangatmu adalah api abadi yang tak pernah padam,
Membakar langit dengan sejuta mimpi yang tak terelakkan.
Maka, teruslah terbang wahai jiwa yang perkasa,
Bawalah cahaya perjuangan ke puncak tertinggi,
Di setiap hembusan napasmu, semesta mengakui,
Bahwa engkau adalah api yang takkan pernah mati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H