Mohon tunggu...
Dwian Sastika
Dwian Sastika Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia Sebatang Kara

Membagikan kisah inspiratif dan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Alam Membeku, Jiwa Terbakar

30 Mei 2024   21:01 Diperbarui: 30 Mei 2024   21:13 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Rakicevic Nenad: https://www.pexels.com/id-id/foto/manusia-dengan-kembang-api-769525/ 

Dalam keheningan malam yang pekat,
Alam membeku dalam dingin yang kaku,
Pepohonan merapuh dalam pelukan es,
Membisikan rahasia waktu yang memburu.

Bayu menghembuskan napas beku,
Merayap di celah-celah kehidupan,
Seperti pisau tajam yang mengiris mimpi,
Menggetarkan setiap urat dalam kebisuan.

Langit kelabu membentangkan selimut dingin,
Bintang-bintang tertutup kabut kelam,
Namun dalam dada ini, ada api yang tak padam,
Jiwa terbakar, menantang angin yang kejam.

Waktu adalah musuh yang tak pernah lelah,
Mengejar detik-detik dengan cakar tak terlihat,
Menghancurkan harapan dengan senyuman pahit,
Namun semangat ini, tak pernah surut, tak pernah luntur.

Hati adalah pejuang dalam badai kehidupan,
Berdenyut keras melawan takdir yang membatu,
Dalam beku alam, dalam kerasnya kenyataan,
Jiwa ini terus menyala, menyala dengan cahaya biru.

Di setiap rintik hujan yang jatuh membeku,
Ada asa yang tetap hidup, tak mengenal tunduk,
Menghadapi dunia yang dingin dan keras,
Dengan keberanian yang membara, tanpa batas.

Alam membeku dalam keangkuhan waktu,
Namun jiwa ini, tak akan pernah layu,
Terbakar dalam semangat yang abadi,
Menghadapi hidup, dengan kepala tegak dan hati berani.

Di balik embun yang beku di daun pagi,
Ada kekuatan yang mengalir dalam urat,
Menentang takdir, menantang segala rintangan,
Dengan api jiwa, yang tak pernah padam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun