Di ufuk barat yang jingga, senja menyapa hening. Seolah bertaut dengan spektrum cahaya, warna-warni seakan tercampur menyatu.
Dalam senyapnya, aku merenung, tentang keabadian benda di alam semesta. Seperti atom-atom yang bergandengan, senja dan keindahannya tak kan sirna.
Aku merenung tentang kebahagiaan, tentang entropi dalam sistem terisolasi. Saat senja yang merah menyala, mengingatkan betapa tak terbatasnya ruang dan waktu.
Tak terasa, sepi pun bergabung, menemani senja yang datang. Bagai partikel subatom yang tak terpisahkan, senja dan keheningannya memancarkan ketenangan.
Saat itulah, kurasakan getar dalam jiwaku, dalam diamku kurasakan diriku terbuka. Bagai mekanisme reseptor neurotransmiter, senja membuka pintu menuju perenungan.
Senja yang menyapa hening, memperlihatkan keindahan alam dan cinta. Seperti rumus kekekalan energi, perasaan yang ditimbulkan tak akan pernah padam.
Dan di dalam senyap yang tenang, kurasakan kehadiranmu di sampingku. Seakan kau tahu apa yang ku rasakan, saat aku merenung di senja yang menyapa hening.
Kini senja mulai meredup, di ujung cakrawala yang tak terlihat. Namun getar dalam hatiku tetap terasa, saat kukenang senja yang menyapa hening.
Di bawah langit yang mulai berubah, aku tahu hidup terus berputar. Namun kenangan tentang senja yang menyapa hening, akan selalu kurasakan di dalam jiwa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI