Mohon tunggu...
Dwi Anggreni
Dwi Anggreni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Artikel - Artikel

Ni Kadek Dwi Anggreni (2012061001)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Nilai Susila dalam Pandemi Covid-19

5 Januari 2022   13:38 Diperbarui: 5 Januari 2022   14:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Dunia mengalami keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Wabah yang terjadi mulai dari desember 2019 ini sudah memakan banyak korban dan bahkan sekarangpun dunia, khusus nya Indonesia mengalami krisis. Dewasa ini sering ditemui pula kasus mengenai krisis ekonomi dan bahkan ada pula mengenai krisis moral dan etika. Mengapa masyarakat juga mengalami krisis moral dan etika? Simak penjelasan berikut ini.

 Masa pandemic yang berjalan dari awal adanya covid hingga saat ini, sudah berusia satu setengah tahun. Dengan umur satu setengah tahun ini, pandemic covid menciptakan banyak isu-isu yang dapat menimbulkan banyaknya pro dan kontra. Dalam kasus pro kontra ini juga sangat berkaitan dengan ajaran susila. Pasti saja terdapat pertanyaan, apasih susila itu? Nah, susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia yang mendasari setiap kehidupan manusia. Tingkah laku yang baik ini dapat berupa tindakan yang sopan, beretika, bertata krama dan juga beradab. Susila dapat menjadi tolak ukur seseorang dalam melakukan sesuatu, atau lebih singkatnya susila itu menjadi penilaian dalam sikap seseorang. Ketika kita sudah mengetahui pengertian susila itu apa, pasti ada lagi pertanyaan, terus apa sih hubungannya antara susila sama pandemic sekarang? Baik kita bahas satu persatu. 

 Dengan lamanya durasi pandemic yang dialami oleh seluruh dunia, mengakibatkan banyaknya ada permasalahan yang sering diperdebatkan. Seperti contohnya banyak orang yang memperdebatkan kebenaran covid itu sendiri. Perdebatan ini sering terjadi di media social dari instagram, twitter, whatsapp, facebook, youtube dan bahkan ada pula perdebatan yang ditayangkan di televisi. Banyaknya teori konspirasi yang dilontarkan ke public yang mengakibatkan semua informasi mengenai pandemic ini berantakan. 

"Bukannya kita melakukan upaya penyusutan angka covid, tapi kita malah berdebat dan memunculkan teori konspirasi" kurang lebih itu tanggapan saya mengenai beberapa kasus ini kemerosotan dan krisis moral dalam pandemic ini. 

 Dengan banyaknya kasus krisis moral pada situasi ini, sangat beragam jenisnya. Baik dari obrolan nyata, bahkan tidak sedikit pula kasus krisis nilai moral ini yang terdapat dari penyampaian pendapat melalui media social. Tidak bisa dihindari bahwa ketika adanya penyampaian opini di media social akan ada saja masyarakat lainnya yang mengomentari dan membuat opini semakin besar dan cenderung bersifat memprovikasi. 

Nah dari banyaknya kasus krisis moral ini, saya ambil contoh perbedatan yang baru saja terjadi. Dalam siaran televisi, yang membahas mengenai kasus pandemic ini dalam bentuk talk show. Acara ini menghadirkan bintang tamu yang notabenya berprofesi sebagai dokter. Pada saat itu host memberikan pertanyaan kepada narasumber, Dr.Louis. dalam perbincangan ini, host memberikan banyak pertanyaannya mengenai tentang kebenaran covid itu sendiri. Pertanyaan yang diberikan didasari oleh pengelaman pribadi dan juga dikaitkan dengan konspirasi yang ada. Narasumber dalam acara tersebut Dr.Louis mengatakan bahwa beliau tidak percaya dengan adanya covid. Dengan pernyataan ini host mulai memuncak pada pembahasan mengenai gejala-gejala covid dan mengenai test rapid antigen dan swab. Dalam obrolan tersebut, dapat saya lihat bahwa host acara tersebut secara tidak langsung menyudutkan narasumber. Mengapa saya berpendapat demikian? Karena pada saat sedang berdebat, ya kalau lebih santainya ngobrol, para host yang saat itu berjumlah dua orang memberikan pertanyaan yang bisa dibilang nyeleneh dan cenderung memotong pembicaraan dan penjelasan dari narasumber. Para host juga terlihat seperti tergesa-gesa dan emosi dalam melontarkan pertanyaannya. Bukan hanya itu saja, dapat kita lihat juga bahwa para host saat mewawancarai narasumber dengan posisi yang tidak sopan yakni dengan posisi berdiri. Namun narasumber acara tersebut duduk, dan terlihat seperti dikeroyok oleh opini-opini para host. Perbedatan yang berdurasi sekitar 22 menit itu pun semakin memanas dan juga diperkeruh dengan diundangnya dokter lainnya via telepon. Dari banyaknya respon negative dari masyarakat, akhirnya siaran televisi yang diupload oleh kanel youtube milik salah satu host pun dihapus.

Jika dilihat banyak sekali terdapat penyimpangan etika dalam kasus diatas. Jadi kasus diatas sudah sangat menggambarkan dengan jelas bahwa pandemic ini juga mengakibatkan krisis moral dan etika dari masyarakat yang sudah jenuh dengan adanya pandemic ini. Dalam konteks susila yang terjadi pada kasus tersebut sudah sangat salah dan menyimpang. Mulai dari cara berbicara para host kepada narasumber yang sangat tidak sopan, yakni host menggunakan nada tinggi dalam penyampaian pertanyaan, para host juga sering memotong pembicaraan narasumber ketika ingin menjelaskan mengenai pertanyaan yang dilontarkan. Cara host menyampaikan pertanyaan ini terkesan menyudutkan narasumber. Pendapat ini bukan hanya dari penulis pribadi, namun banyak netizen yang berpendapat yang sama. Kemudian, posisi host yang berdiri dan berbicara keras yang berhadapan dengan narasumber dapat penulis nilai bahwa hal ini sudah tidak sopan. Karena etika dalam berbicara, apalagi dengan wawancara harus dengan tingkah laku yang sopan, hal ini terkesan seperti memojokkan narasumber.

Seperti yang kita kenal, susila menjadi pendoman saat bertingkah laku. Susila juga mengajarkan manusia atau masyarakat dapat membangun hubungan yang harmonis kepada seluruh makhluk hidup. Hubungan yang harmonis ini diciptakan dengan adanya rasa saling menghargai dan menghormati sesama. menghargai dalam kasus diatas seharusnya host dapat menghargai narasumber atau siapapun yang sedang berbicara dan sebaiknya tidak memotong pembicaraan. Kemudian rasa saling menghormati. Dalam kasus diatas rasa saling menghormati ini seharusnya dilakukan oleh para host, karena mengingat profesi dari narasumber tersebut adalah dokter. Yang dimana dalam situasi pandemic ini menjadi garda depan dan juga pahlawan dalam penanganan kasus covid-19 ini. 

Ini adalah waktunya untuk kita menjadi seseorang yang bijak dan dapat memperbaiki krisis moral pada diri kita masing-masing dengan lebih memahami ajaran susila dan penerapan pada kehidupan. Pandemic ini akan berakhir ketika seluruh masyarakat saling menghargai, menghormati, mendukung dan saling menguatkan satu sama lain. Mari kita patuhi prokes, stop menyebarkan isu-isu yang mendorong public makin resah dan panik. Gunakan etika dalam penyampaian sebuah opini agar tidak menambah angka krisis moral itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun