Saya adalah onliner sejati. Ngeblog, update status di facebook, surfing tidak jelas di internet semacam candu buat saya. Rasanya tak afdol jika tidak menyentuh internet dalam satu hari. Menulis adalah satu-satunya skill yang saya punya. Kasian juga sih, karena menulis adalah sesuatu yang setiap orang bisa pelajari. Kuncinya menulis, menulis, menulis. Dan jangan lupa membaca. Itu adalah suplemen utama menulis.
Saya mulai ngeblog sejak tahun 2006. Isi blognya tentang keseharian saya. Namanya sajaterasimaji. Jarang berisi tulisan-tulisan ilmiah atau opini-opini berbobot. Masa bodo' ah. Bagi saya blog adalah tempat asaya bermain-main dengan pikiran saya. Tak peduli dibaca orang atau tidak yang penting aku sudah menulis. Itu sudah cukup.
Saya dan Kompasiana
Blog sosial kompasiana telah lama saya dengar. Sejak ia mulai bisa diakses secara umum, tidak lagi ekslusif hanya untuk para wartawan Kompas. Tapi saat itu saya belum berminat gabung sama sekali. Hmmm....ketika mendengar kata Kompasiana, saya akan langsung membayangkan para penulis-penulis yang hebat, wartawan-wartawan Kompas yang pastinya sudah sangat ahli dibidang mengolah kata menjadi kalimat yang bagus dan berbobot. Hih...nda sanggup melihat tulisanku berdampingan dengan tulisan mereka (minder mode on).
Saat acara Kompasiana Nangkring di makassar, saya tidak begitu antusias untuk ikut. Karena belum punya akun dan saat itu sedang bekerja di luar Makassar. Pacarku (yang sekarang menjadi suami saya) begitu antusias megikuti acara nangkring itu. Saya belum tertarik sama sekali untuk berkompasiana.
Mas Iskandar Zulkarnaen-lah yang membuatku tertarik bergabung di kompasiana. Juni lalu,Kompasiana bersama komunitas blogger Makassarangingmammiri.org dan penerbitan kampus identitas Unhas membuat pelatihan ngeblog di kampus. Kupikir sudah saatnya memiliki akun Kompasiana. Seperti tagline anak remaja “ga gaul kalo ga punya kompasiana”, karena itulah saya tergerak untuk membuat akun saat itu juga.
Saya tak lagi memperhatikan pejelasan mas Isjet (begitu akrabnya dia dipanggil) tentang bagaimana menulis itu. Saya asyik mendaftarkan email saya untuk dapat satu akun Kompasiana. Ketika medaftarkan dua alamat email saya, yang kudapati di monitor laptopku adalah “Maaf, email anda sudah exist”.Hah????Siapa yag menggunakan emailku untuk mendaftar di Kompasiana.
Hanya satu orang yang aku curigai. Pacar saya (sekarang sudah jadi suami saya). Ternyata dugaanku benar. Dia telah membuatkan akun dengan nama Dwiagustriani sejak 21 februari 2010. Celakanya adalah dia lupa password yag dia gunakan saat membuat aku tersebut. “inikah kehacuran karirku berkompasiana?” tulisku di tulisan pertamaku “Nda Nge Blog jika Bukan kompasiana”. Untungnya paswordya bisa ter-reset. Dan ini adalah awal saya geblog di kompasiana
Ikut Lomba, Diintrogasi, dan Headline
Saya tidak termasuk penulis aktif di Kompasiana. Jika suami sudah punya ratusan tulisan dan sudah sering Headline di halaman depan Kompasiana, maka saya sampai saat ini baru memiliki sekitar 30an tulisan sejak aktif di bulan juni 2010. Itupun lebih banyak tentang pengalaman pribadi. Misalnya naik becak di makassar, pengalaman berbelanja di pasar cakar, review buku, atau film. Saya jarang menulis tema-tema yang aktual. Saya lebih menyukai berbagi pengalaman, seperti tagline kompasiana “Sharing and Connecting”.
Meski tidak terlalu aktif, saya banyak memiliki pengalaman menarik seputar Kompasiana. Saya sempat ikut lomba blogging day 1000 tulisan dan 1000 menit. Jika banyak orang yang tidak berhasil memposting tulisan selama 1000 menit itu, saya malah berhasil memposting 3 tulisan. Hehehehehe. Saat orang-orang memaki karena loading kompasiana yang lambat, saya malah senang berhasil mempost tulisan. Bahkan saya menulis tulisan, Aku tidak kecewa pada kompasiana. Meskipun akses saat itu benar-benar sangat lama alias Lalong . Lalong dalam istilah orang Makassar berarti bodoh dan juga bisa diartikan lambat loading. Eh tidak dinanya, saya juara harapan di lomba bloging day itu. Asyik!!!!!!
Pengalaman lain adalah saat tulisan yang diposting nangkring di Headline. Wuih, rasanya seneng skali. Headline pertamaku tentang liputan acara adat di Bau-bau, Buton. Melihat fotoku bersama para perempuan berbaju adat wolio nangkring di headline kompasiana rasanya seperti menang lotere. Bagi saya yang penulis amatiran, bisa headline di blog kompasiana adalah suatu prestasi. Headline menjadi penakar buat saya bahwa tulisan itu bagus dan layak ditampilkan dihalaman depan. Jika tulisanmu Headline maka pasti banyak yang baca. Banyak komentar. Dan membuat bersemangat menulis. Hehehehehe.
Pengalaman paling seru adalah saat menulis tentang pengalaman saya mengurus paspor. Karena admin Kompasiana menjadikan tulisan tersebut Headline, petugas imigrasi mewawacarai saya lebih lanjut berkaitan degan tulisan yang kuberi judul “Urus Paspor : komplain dulu, baru dilayani”. Dumba-dumba gleter kata orang makassar saat saya di”introgasi”. Atau Deg-deg-an sampe panas dingin. Sehebat itukah pengaruh sebuah tulisan di dunia maya?
Bahkan bapak yang mewawacarai saya bertanya “itu tulisan saya liat di kompas. (Dia tidak bisa membedangkan antara kompasiana dan kompas). Ada koneksi ya disana sehigga tulisannya bisa muncul di kompas?” . Saya Cuma senyum-senyum penuh arti dan menjawab “tidak pak”. Pengennya menjelaskan ke petugas imigrasi itu bahwa kompasiana itu sosial blog. Dan saya hanya sekedar menjalankan tugas sebagai pewarta warga.
Pengalaman itu menyadarkan saya bahwa kekuatan media online yang mengusung semangat citizen journalism mampu menjadi sebuah kekuatan untuk membuat sebuah perubahan. Skala kecil sekalipun. Dan saya tak salah memilih kompasiana sebagai tempat untuk berbagi pengalaman sebagai warga masyarakat. Saya menemukan eksistensi saya untuk dapat ikut bersuara. Mengeluarkan pendapat.
Saya masih tetap onliner sejati. Setiap hari online. Namun hanya membuka facebook dan blogspot, sekarang saya menambahkan satu website yang wajib dikunjungi Kompasiana.com. Tulisan-tulisannya berisi, beraneka ragam jenis, dan bisa berkenalan dengan penulis-penulis hebat. Aku suka berkompasiana. Bagi saya standar keren dan gaul adalah berkompasiana. Selamat ulang tahun!!! Viva Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H