Hari ulangtahunnya yang ke-17 terasa sangat berbeda bagi Mia. Biasanya, hari itu penuh dengan tawa, keceriaan, dan kehangatan keluarga. Namun, setelah orangtuanya bercerai, semuanya berubah. Ulangtahunnya kali ini terasa sepi dan sunyi.
Mia duduk sendirian di ruang tamu yang terasa kosong. Bayangan masa lalu terus menghantui pikirannya, mengingatkannya akan saat-saat bahagia bersama kedua orangtuanya. Sekarang, ruangan itu sepi, hanya terdengar gemerisik angin yang masuk melalui celah-celah jendela.
Dia mencoba mengingat momen-momen indah bersama keluarganya, tetapi rasa kesepian tetap menghantui. Mia merasa terputus dari kehangatan yang dulu dia rasakan. Dia merindukan pelukan ibunya dan kehadiran ayahnya di sampingnya.
Pada hari ulangtahunnya, ibu Mia masih berada di luar kota untuk bertugas, sementara ayahnya telah tinggal terpisah dari rumah sejak satu tahun yang lalu. Mia memilih untuk menghabiskan waktu sendirian di dalam kamarnya, di mana dia meniup lilin ulang tahunnya.Â
Dia menyaksikan cahaya kecil itu memancar di tengah gelapnya ruangan, sambil menahan tangis dan tersenyum getir. Meskipun dia sendirian, Mia tetap merayakan hari kelahirannya dengan mengenang semua kenangan indah bersama keluarganya.
Namun, di tengah kesedihan itu, Mia menyadari bahwa meskipun orangtuanya tidak lagi bersama, dia masih memiliki cinta dan dukungan dari keduanya. Dia mengingat pesan-pesan mereka yang selalu mendorongnya untuk tetap kuat dan melangkah maju. Ditengah pikirannya yang sedang mengingat momen indah tersebut.
Kemudian terdengar suara ketukan dari arah pintu depan.Â
Tok... tok... tok...Â
Betapa kagetnya Mia akan suara ketukan itu, tiga kali pintu diketuk tanpa ada suara permisi atau salam. Sontak Mia berpikiran negatif khawatir ada orang jahat yang merangsak masuk ke dalam rumahnya.
"Siapa itu yang mengetuk pintu, aku takut orang jahat karena di rumah ini hanya ada aku sendirian" (ucap Mia dalam hati)