Mohon tunggu...
Dwi A. Santoso
Dwi A. Santoso Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Gabung di Kompasiana ingin Belajar & Berbagi Berita & Pengetahuan, biar tambah pintar dan banyak teman. Menyukai sisi spiritual, seni, pendidikan, kewirausahaan, teknologi informasi, pertanian, dan psikologi populer.

Selanjutnya

Tutup

Money

6 Kesalahan Besar yang Menjadi Pembunuh Bisnis

3 Maret 2011   02:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:07 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini saya dapat dari ceramah bisnis Pak Heppy Trenggono, ketua IIBF (Islamic Business Forum) Indonesia dan owner perusahaan kelapa sawit Balimuda. Berikut ini 6 kesalahan besar yang menjadi pembunuh bisnis (business killer).

1. Terlalu Terobsesi pada Produk/Ide
Terlalu terfokus pada produk sehingga mengabaikan pasar. Menurut Pak Heppy, produk/ide bagus hanya 1% dari faktor sukses. Yang paling penting adalah “Bagaimana Anda Melakukan Bisnis”.

2. Speed (Kecepatan)
Speed is not your friends, especially for beginners (Kecepatan bukanlah teman, terutama untuk pebisnis pemula). Terburu-buru menjadi besar tanpa disertai ilmu bisnis yang memadai dapat menyebabkan kehancuran bisnis yang menyakitkan. Perkecil resiko meskipun untuk hasil besar.

3. Technical Success
Jika Anda sangat menyukai atau sangat jago akan suatu hal jangan buka bisnis berhubungan dengan hal tersebut karena Anda akan menyita waktu mengurusi hal-hal teknis saja sehingga pengelolaan bisnis terabaikan.

4. Optimisme yang Berlebihan
Optimisme yang berlebihan merupakan perwujudan sifat terburu nafsu karena melihat tawaran bisnis yang menggiurkan. Biasanya bisnis yg ditawarkan to good to be true, keuntungannya super fantastis. Di situlah harus hati-hati, biasanya ada kesulitan yang tidak kita lihat. Karena business is intelectual sport, bukan nafsu. Jangan mainkan bisnis dengan emosional. Ketika kita mempertimbangkan bisnis, gunakan kalkulator, bukan perasaan.

5. Lack of Second Idea (Kurangnya Ide Kedua/Inovasi)
Lupa untuk melakukan inovasi. Padahal, kunci bisnis ada 2, marketing dan inovasi. Pasar selalu berubah, dunia berubah, kompetisi berubah. Sukses jaman dulu tidak menjamin sukses di masa depan. Jadi, mesti selalu berkomunikasi pada pasar.

6. Run Out Cash flow (Tidak Ada Cash Flow)
OCF (Operating Cash Flow): cashflow dari hasil operasi merupakan cashflow yg paling penting. Sementara ICF (Investing Cash Flow) merupakan cash untuk membeli asset. Yang kita butuhkan adalah Free Cash (OCF – ICF), free cash inilah yang merupakan uang yang benar-benar bisa dinikmati. Sales naik, profit naik, tapi OCF minus, berbahaya. OCF yang selalu negatif merupakan tanda-tanda perusahaan menuju kehancuran.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun