Mohon tunggu...
Money Pilihan

Nilai Rupiah Disebut Terburuk Sejak 1998

31 Desember 2018   07:00 Diperbarui: 31 Desember 2018   07:13 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) sepanjang 2018 sempat membuat publik terkejut. Rupiah bahkan mencapai titik terlemah hingga berada di atas level Rp 15.200-an per USD. Angka ini jauh melampaui target pemerintah pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp 13.400 per USD.

Bahkan sebagian pihak beranggapan bahwa kondisi ini sudah parah dan memprihatinkan. Sebab, posisi nominal mata uang Garuda ini bahkan melebihi yang terjadi pada krisis 1998 lalu.

Salah satunya yang diungkapkan pengamat ekonomi, Faisal Basri. Dia menyebut bahwa kondisi nilai tukar saat ini merupakan terburuk sepanjang sejarah. "Nilai tukar Rupiah terburuk sepanjang sejarah ini sekarang," kata Faisal dalam sebuah acara diskusi di kawasan Jakarta Selatan.

Faisal membandingkan kondisi saat ini dengan beberapa tahun ke belakang. Tahun ini, rata-rata nilai tukar Rupiah tidak lebih baik bahkan dari tahun 1998. "Rata-rata setahun tahun 1998 itu rata - rata Rupiah cuma 10.000," tuturnya.

Ekonom Mizuho Bank, Vishnu Varathan, mengatajan Rupiah menjadi salah satu mata uang berkinerja buruk di regional pada 2018. Analis menilai, nilai tukar Rupiah yang tertekan itu didorong defisit neraca transaksi berjalan dan kekacauan di pasar negara berkembang yang disebabkan krisis keuangan Turki.

"Kepemilikan asing yang tinggi pada obligasi ditambah dengan utang Dolar Amerika Serikat perusahaan Indonesia yang meningkat juga membuat (Rupiah) cenderung melemah," ujarnya seperti dikutip dari laman CNBC.

Berikut inilah rangkuman fakta-fakta tentang masalah Rupiah selama tahun ini hingga disebut jadi yang terburuk semenjak krisis 1998.

1. Pelemahan Rupiah Karena Faktor Ekternal Bertubi-tubi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat suara terkait pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) yang nyaris menyentuh 15.000. Menurut Presiden Jokowi, pelemahan nilai tukar Rupiah ini merupakan imbas dari berbagai faktor eksternal.

"Pelemahan kurs tidak hanya di Indonesia. Ini adalah faktor eksternal yang bertubi-tubi, baik yang berkaitan dengan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS), baik yang berkaitan dengan perang dagang AS dan China, baik berkaitan krisis yang ada di Turki dan di Argentina," ungkap Presiden Jokowi saat ditemui di Indonesia Kendaraan Terminal, Tanjung Priok, Jakarta.

Meski demikian, dia mengaku tetap mewaspadai dampak dari gejolak perekonomian dunia tersebut. Terlebih dalam hal ini, pemerintah akan terus melakukan koordinasi di berbagai sektor.

"Saya selalu melakukan koordinasi berkaitan sektor moneter, sektor industri, pelaku usaha. Koordinasi yang kuat ini menjadi kunci sehingga jalannya itu dari semuanya," imbuh Presiden Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun