Mohon tunggu...
Dwi Setyasih
Dwi Setyasih Mohon Tunggu... -

Masih kuliah di Universitas Gunadarma angkatan tahun 2012

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ke Mana Perginya Bangsaku yang Ramah?

9 Januari 2013   05:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:21 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku merindukan bangsaku yang ramah. Yang ku kenal, bagsaku adalah bangsa yang ramah, sopan, berbudaya, santun dan murah senyum. Bangsa yang selalu aku banggakan karena keramahan penduduknya.Tak pernah sedikitpun aku merasa malu untuk megakui bangsaku. Ku perlihatkan pada dunia bahwa bangsaku menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan gotong – royong. Indonesia adalah bangsaku.

Banyak orang – orang dari negara lain berbondong – bondong datang ke indonesia karena keramah tamahan penduduknya. Bahkan banyak diantara mereka yang memutuskan untuk tinggal lebih lama karena mereka menyukai budaya bangsaku.

Namun kini aku tak lagi merasakan keramahan bangsaku. Entah apa yang telah terjadi padanya. Ia tak lagi ramah seperti biasanya. Mengapa saat ini bangsaku begitu emosional dalam menghadapi setiap permasalahan? Padahal semua permasalahan itu dapat kita pecahkan dengan musyawarah, tak perlu menggunakan amarah.

Apa sebenarnya yang membuat bangsaku ini penuh amarah dan sedikit demi sedikit mulai kehilangan jati dirinya? Apakah bangsaku sudah mengalami krisis moral yang akut, sehingga darah dan air mata selalu mewarnai bangsaku dalam melampiaskan ketidakpuasanserta kekecewaan terhadap suatu permasalahan? Apakah dengan amarah, kekerasan dan anarkisme bisa menyelesaikan semua persoalan?

Tentu tidak, sikap seperti itu akan membuat persoalan menjadi semakin rumit dan sulit untuk diselesaikan. Meskipun keadilan belum benar – benar terwujud, tapi kekerasa bukanlah jawabannya. Saling hujat, saling caci, dan saling hina bukanlah jawaban atas semua permasalahan yang ada. Bukan hanya itu yang membuatku sedih tapi bangsaku kini tak lagi saling menghargai. Sudah tidak ada lagi siapa tua, siapa muda. Yang muda tidak lagi menghormati yang tua, kata – kata nya tidak lagi hormat. Yang tua pun sama saja, banyak diantara mereka yang tidak memperdulikan bahwa kata – katanya itu menjadi panutan bagi yang muda. Hanya karena berbeda pandangan dalam segi politik atu agama misalnya, mereka tidak segan untuk saling ejek dan saling hina. Bahkan ada diantara mereka yang mengeluarkan kata-kata yang mungkin dapat menyakiti suatu kaum.

Sungguh aku sangat merindukan bangsaku yang dulu. Bangsa yang ramah dan saling menghargai satu sama lain. Kembalilah bangsaku, kembali menjadi sosok yang dulu. Yang terkenal akan keramahan, kesopan santunannya dan kebudayaannya. Perlihatkanlah pada dunia bahwa bangsaku, Indonesia adalah bangsa yang ramah dan bermoral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun