Mohon tunggu...
Dwi Mustofa
Dwi Mustofa Mohon Tunggu... profesional -

Pekerja keras, percaya pada kekuatan pikiran, dan yakin bahwa perubahan itu pasti.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersyukur atas Setiap Karunia Tuhan

11 Januari 2014   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:55 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunci bahagia sebenarnya sederhana. Ketenteraman bathin mudah diraih dan kesenangan bisa dirasakan setiap hari. Kuncinya adalah pada bagaimana kita menyikapi hidup. Setiap hambatan dan tantangan harus diubah menjadi peluang. Bersyukur dan merasa cukup atas setiap karunia Tuhan. Bersyukur membuat hidup menjadi indah, terarah, dan berkah.

Wujud syukur itu selain ucapan di lisan adalah terus optimis dan berusaha keras untuk mencapai sesuatu yang terbaik. Bersyukur bahwa kita masih diberi kesempatan untuk hidup di muka bumi. Bersyukur bahwa kita masih dapat menghirup udara kebebasan. Bahwa kita sekarang masih bisa menikmati teknologi, menyaksikan pelangi, merasakan indahnya dunia.

Pengalaman hidup setiap orang mengajarkan tentang sesuatu yang paling mendasar tentang bagaimana seharusnya ia mendapatkan kebahagiaan. Lihatlah, hal-hal sederhana mengundang kita senyum. Bertemu orang lain, mestinya, menjadi sumber kebahagiaan, bukan sumber masalah. Tapi ini semua merupakan kondisi ideal. Fakta dalam kehidupan tidak selalu ideal. Peristiwa tidak selalu seperti yang kita harapkan. Tidak semua keinginan kita dapat terwujud.

Setiap masalah, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Tapi memang dalam hidup tidak mungkin tidak ada masalah. Masalah akan selalu ada. Tapi harus ingat bahwa suatu masalah tidak akan membuat langit runtuh. Demikian juga solusi terbaik, juga pasti ada.

Sikap legawa menjadi salah satu cara meraih kebahagiaan. Tapi ini tidak mudah. Kecenderungan manusia adalah memikirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Cenderung gemar mencari ‘kambing hitam’. Manusiawi banget kalau ada rasa berat untuk memaafkan kesalahan orang lain. Apalagi kesalahan itu disengaja.

Di dunia ini saya yakin tidak banyak orang yang dianugerahi lapang dada seluas langit, rendah hati sedalam lautan. Sebagian besar adalah pendendam, pencari kambing hitam, memperkarakan hal-hal sepele, memperpanjang urusan yang tidak penting, menyulitkan orang lain. Bahasa anak muda sekarang: ‘kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah’. Ini jargon yang salah.

Mengucapkan terima kasih atas jasa dan bantuan orang lain. Berterimakasih sangat mudah diucapkan. Tidak ada ruginya. Tidak ada yang berkurang dari diri kita. Nothing to loose. Bahkan dengan mengucapkan terima kasih atas setiap budi baik orang lain, yang terjadi adalah bertambahnya kehangatan, harmoni, hubungan social. Apabila orang yang telah membantu kita itu merupakan teman dekat, sahabat, niscaya menambah keeratan hubungan itu sendiri.

Melupakan amal perbuatan baik diri sendiri juga merupakan salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan dan ketenteraman. Dalam hidup manusia, saling membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi. Yakini bahwa pemberian, bantuan, jasa, layanan, dari orang lainterhadap diri kita pasti lebih besar dari apa yang dapat kita berikan pada orang lain.

Peduli terhadap masalah orang lain, tapi tidak berlebiihan. Tidak mengintervensi urusan orang lain. Memberikan atensi, apresiasi, dan pujian kepada orang lain, membuat suasana interaksi social antar orang menjadi lebih baik. Keterampilan memperbaiki hubungan akan terus terlatih. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun