Kala terbangun saat mentari sudah meninggi, sekejap melintas sosok ibu yang ajarku bangun mendahului penguasa hari. Sedikit tersipu kusingkap selimut dan bergegas tinggalkan peraduan.
Namun, ibu kembali memanggilku. Lipat dulu selimut dan bereskan ranjangmu; sujud bertelut kepada Sang Ilahi, syukuri napas serta hari baru. Ah, hampir saja kulupa! Sekali lagi aku tersipu.
Kala beranjak pergi seraya berteriak penanda pamit, kembali ibu muncul seraya komat-kamit. Katanya, tak elok bersuara lantang bila hendak pamit. Mendekatlah dan cium dengan takzim tangan orang tua. Sampaikan niat seraya mohon berkat karena doa orang tua bekal tak terhingga.
Bila aku bersungut-sungut kala memasak ini itu, senyum ibu segera hadir menghiasi ambang pintu. Memasaklah dengan sukacita dan penuh cinta, agar tidak menjadi beban dalam hidupmu. Lantas kupegang satu rahasia! Mahalnya bahan bukan resep nikmatnya masakan ibu, tetapi taburan kasih sayang yang menyatu di dalam bumbu.
Entah bagaimana, banyak sekali nasihat ibu yang selalu terngiang seakan-akan membuntuti sepanjang hidupku. Ah, ibu masih saja membuatku tersipu. Kurasa di surga pun ibu tekun merapal doa-doa seperti dahulu kala kami masih bersama. Kurasa ibu tak putus-putus meminta pada Sang Kuasa, malaikat penjaga bagi buah hatinya di dunia.
Selayaknya tak henti pula kuhunjukkan doa kepada Sang Pemilik Surga. Kiranya berikan ibu damai di surga-Mu dan izinkan menjadi pendoa hingga kelak kami boleh bertemu.
Depok, 22 Desember 2020
Salam Fiksiana, Dwi Klarasari   Â
Catatan: SELAMAT HARI IBU untuk para ibu dan semua perempuan tangguh yg ada di Kompasiana dan seluruh Nusantara. Sehat selalu serta berlimpah berkat Tuhan. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H