Satu hal terberat dalam hidup adalah menanti. Saat-saat penantian yang berkelindan dalam keseharian jadi ujian tersendiri. Menanti esok hari, menanti sebuah prestasi, menanti sepotong rezeki, menanti kekasih hati, ... banyak sekali yang mesti dinanti.
Apa harus dibuat kala waktu memaksa kita duduk menanti? Adakah bibir indah ini berkeluh kesah mengungkap kesal dalam hati? Adakah rasa waswas bila tak kunjung tiba sosok yang dinanti? Mungkinkah bersuka hati sepenuh rindu pada dia yang terpisah ribuan hari? Â
   Tak semua miliki kesetiaan dalam menanti. Terlebih menanti sesuatu yang tak pasti.
Para bijak berkata, penantian di dunia fana hanya latihan belaka. Kita para musafir di jalan perziarahan menanti sesuatu yang pasti tapi kerap terlupa. Menanti untuk kembali pada Yang Kuasa. Sekalipun sungguh pasti, waktu itu tak bisa kita tahu.
Inilah penantian paling istimewa hingga perlu dinanti dengan sukacita. Siapkan bekal kebaikan aneka rupa berbuah pahala. Meredam alpa, durjana, dan segala yang dinamai dosa. Bersukacita siapkan hati terindah berselimut doa-doa sebagai busana.
Kita semua menanti waktu-Nya. Masa penantian sungguh berharga. Usah tenggelam dalam pesta pora dunia. Biarlah kita terjaga dan siap sedia bilamana saat istimewa tiba.
Depok, 29 November 2020
Salam Fiksiana, Dwi Klarasari
Catatan: Selamat memasuki Masa Adven bagi umat Kristen/Katolik. Tuhan memberkati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H