Kadang kala tebersit rasa iri bila mendengar orang-orang dari suku lain dengan asyiknya mengobrol dalam bahasa daerah meskipun mereka ada di ruang publik. Namun, saya bersyukur karena masih memiliki teman-teman seperti Cantik, Indah, Manis, Elok, Ayu, dan sebagainya yang masih mau dan suka diajak mengobrol dalam bahasa daerah di sela-sela penggunaan bahasa Indonesia.
Saya sangat maklum dan menghormati bila beberapa orang tidak berkenan berbahasa daerah saat berada di ruang publik ibu kota. Meskipun demikian, saya yang bukan siapa-siapa ini, sering kali berharap mereka masih mau menggunakan bahasa daerah di lingkungan keluarga, masyarakat sedaerah, komunitas sesuku, dan sebagainya. Bagaimanapun bahasa daerah adalah bagian dari identitas dan warisan budaya kita.
Laman www.ethnologue.com mencatat di wilayah Indonesia ada lebih dari 700 bahasa daerah atau bahasa ibu (mother language). Menurut para ahli, ratusan bahasa tersebut berpotensi punah bila tidak ada lagi masyarakat yang menggunakan. Sebenarnya tak sedikit orang asing tertarik dan mencintai berbagai bahasa daerah di Nusantara. Namun, sebagai penutur asli semestinya kita bertanggung jawab menyelamatkan bahasa kita sendiri dari kepunahan.
Pernahkah kamu rindu berbahasa daerah? Yuk, kita rayakan Bulan Bahasa dan Sastra dengan berbahasa daerah! Bangga berbahasa daerah; tak lupa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar; dan terus berupaya menguasai bahasa asing sebagai bekal di kancah internasional.
Masak bakmi lengane jelantah
Ojo gengsi nganggo basa daerah
Medio Oktober 2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI