Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Daripada Melamun, Yuk Bantu Konservasi Duyung dan Lamun!

16 Mei 2018   06:07 Diperbarui: 17 Mei 2018   13:04 1453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang terlintas dalam benak saat Anda mendengar kata "duyung"? Mungkinkah Anda membayangkan sosok cantik "puteri duyung" berwujud separuh manusia separuh ikan? Bagaimanapun, mitos "mermaid" yang melegenda dan sudah ditulis serta difilmkan dalam berbagai versi dan bahasa cukup familier bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tak heran banyak orang tahu dongeng "Puteri Duyung", tetapi tidak mengenal "duyung".

Selidik punya selidik, ternyata "duyung" adalah nama populer untuk satwa laut "dugong". Alih-alih mendengar mitos puteri duyung, baiklah kita akrabi "duyung" yang memang benar-benar ada. Yuk, simak penelusuran saya berikut!

Sosok Pemalu dari Perairan Hangat 

Kebanyakan orang menyebut duyung sebagai "ikan duyung", padahal satwa bernama ilmiah Dugong dugon ini bukan jenis ikan, lho! Duyung atau dugong termasuk mamalia (hewan menyusui) seperti paus, lumba-lumba, dan anjing laut. Namun, berbeda dengan mamalia laut lain, duyung tidak memangsa ikan atau satwa laut lain. Duyung termasuk ordo Sirenia, yaitu kelompok mamalia pemakan tumbuhan (herbivora) yang hidup di perairan.

Duyung diyakini berevolusi dari mamalia darat (lebih dari 60 juta tahun y.l.) dan berkerabat dekat dengan gajah. Seperti gajah, tubuhnya besar dan gempal. Panjangnya mencapai 3 meter dengan berat hingga 450 kilogram. Wow! Bentuk moncongnya mirip belalai gajah tetapi pendek dan mengarah ke bawah. Meskipun berekor seperti ikan, tubuh duyung tidak bersisik. Kecepatan berenangnya relatif lamban (10-22 km/jam), tetapi mampu bertahan dalam air hingga 12 menit terutama saat mencari makan di dasar laut. 

Duyung (dugong) hidup di perairan hangat dengan area jelajah cukup luas. Petualang laut ini tidak hanya hidup di perairan dangkal yang tenang, tetapi konon juga ditemukan di sepanjang cekungan samudera (ocean basin), misalnya di Samudera Hindia dan Pasifik. Populasi duyung terutama tersebar di perairan Indo-Pasifik, mencakup sekitar 37 negara. Di Indonesia, duyung dapat dijumpai di kawasan timur seperti perairan Maluku dan Papua atau perairan sebelah utara Australia. Populasi terbanyak diketahui ada di perairan Pulau Bintan (Kepulauan Riau).

Sosok duyung yang lucu dan imut (Sumber:Jin Kemoole Flickr - theconversation.com)
Sosok duyung yang lucu dan imut (Sumber:Jin Kemoole Flickr - theconversation.com)
Mamalia berwajah lucu dan imut yang juga dikenal sebagai sapi laut (sea cow) ini, ternyata "pemalu" alias sulit didekati. Namun, satwa yang mampu hidup hingga 70 tahun ini, sebenarnya tergolong jinak dan tidak berbahaya. Konon, bila sudah "kenal" manusia, seekor duyung mau mendekat bahkan diajak "bermain". Simak pertemuan para penyelam dengan seekor duyung di perairan Pulau Bangka lewat rekaman ini atau yang ini. 

Penduduk Pulau Alor, NTT, bahkan menamai beberapa duyung yang tinggal di perairan mereka. Dengan izin khusus serta di bawah pengawasan, wisatawan dapat bertemu duyung secara langsung. Berikut video aksi lucu salah satu duyung bernama Mawar.


Simbiosis Mutualisme Duyung dan Padang Lamun

Tumbuhan apa yang jadi makanan duyung? Lamun! Pernahkah Anda mendengar nama tumbuhan tersebut? Bagi sebagian orang, nama "lamun" sama asingnya dengan "dugong". Faktanya, lamun memang kalah populer dibandingkan rumput laut.

Ketahuilah, lamun adalah sejenis rumput, tetapi lamun (seagrass) berbeda dengan rumput laut (seaweed). Rumput laut termasuk ganggang (algae), sedangkan lamun adalah tumbuhan air berbunga dan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas Angiospermae. Lamun memiliki akar, batang menjalar (rimpang/rizoma), dan daun sejati. Batangnya yang menjalar dapat menghasilkan tunas dan akar baru, sehingga lamun tumbuh membentuk hamparan atau padang lamun di dasar laut sebagaimana padang rumput di daratan. Lamun memiliki banyak nama daerah, seperti rumput setu (Riau), samo-samo (Kep. Seribu, Sulawesi Selatan, dan Maluku), rumput unas (Kalimantan), dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun