Mohon tunggu...
Dwi Anggarani
Dwi Anggarani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu rumah tangga

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja

27 Agustus 2016   20:57 Diperbarui: 16 September 2016   15:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari semakin senja…..,

Aku tetap duduk bersimpuh dan bertahan menunggu kehadiranmu ……

hari ini terasa sangat lama…….

kupandangi terus jalan itu…….

tiba-tiba kulihat engkau berjalan tenang. melambaikan tangan menuju ke arahku…..

lega rasanya….kusambut dengan senyuman….

dia selalu tersenyum…….

Kemudian dengan lembut dia menyapa…..

“Kenapa mencemaskan aku……

aku selalu menyayangimu….

aku selalu hadir dikala  suka dan dukamu……..,  “

dan tiba tiba semilir angin senja menerpa wajahnya……

menyibakkan sinar kemuliaan dan keagungan diwajahnya

Sejenak dia membisu……

“Aku tau……..engkau merasa sangat bersalah kepadaku ……..

engkau menangggung beban berat karena kesalahanmu ………..

tapi aku selalu menyayangimu….,

dan maafku seluas samudra untukmu….

janganlah engkau berprasangka buruk kepadaku….

janganlah engkau semakin menjauh dariku ……… “  katanya

Aku semakin lega…..

kutarik nafasku dalam dalam….

benar-benar terasa nikmat hembusan angin di senja ini….…

Kurasakan kembali kesegaran udara berjalan mengalir keseluruh tubuhku…….

perlahan lahan….segaar…….

aah…aku ternyata masih bisa bernafas dengan sempurna…...

Ya Allah….Alhamdulillah…..,

Alhamdulillah……,

Aku masih hidup….dan masih diberi kenikmatan hidup……..

Kemudian dia berkata lagi dengan sangat santun….

“Kehidupan ini laksana permainan yang harus diwaspadai…….

Ia dapat menyulut kekejian…., kepedihan….. dan bencana….”.

Kupandangi kembali langit…… yah..…hari semakin  senja…….

Kenapa saat bersamanya selalu seperti ini….

terasa begitu cepat waktu berlalu….

Diraihnya tanganku …..…. dan digandengnya aku  menyusuri jalan itu……

Aku tersenyum…..menurut….patuh ……..

bahagia….hatiku seolah tersihir….. 

merasakan kedamaian yang luar biasa …….

seperti inilah rasanya genggaman tangan ibuku diwaktu kecil…….

kembali dia berkata ……

”Bersabarlah ………berlatihlah untuk menjadi sabar………

apapun yang pernah dilahirkan akan berakhir dengan ketiadaan……..

itu pasti….. dan ada saatnya  tiba…….. “

Ditatapnya aku dengan lembut ..,seolah takut aku menangis….tetapi ingin tetap meyakinkan aku…..

"Kendalikan diri…..karena jalan keluar ada di tangan Sang Pencipta……”

Kutarik kembali nafasku dalam dalam......,kunikmati kebahagiaan ini....

begitu sempurna nasihatnya…….

Aku terus berjalan….dan berjalan bersamanya…….

tetapi waktu begitu cepat berlalu ……….

Tanpa kusadari…..aku sudah jauh berjalan ………

 aku sudah hampir sampai…..dan hari semakin gelap…….

Terdengar kumandang suara adzan ….……, 

“Ayolah ……, aku kan selalu ada  untukmu,” katanya……….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun