Ibu, ibu, ibu. Ibu adalah wanita.
Surga di bawah telapak kaki ibu.
Wanita adalah tiang negara.
Kata kata itu hanya dipersembahkan untuk wanita. Ternyata di balik kelemahan fisik wanita tersimpan kekuatan gaib yang maha dahsyat yang telah dirahmadkan Allah untuk wanita. Ibuku yang pintar dan penyabarpun pernah menasihati aku. “Menjadi wanita harus bisa seperti pohon,” kata beliau. Dan ketika aku menjalani kenyataan dalam kehidupan ini, peran untuk bisa menjadi seperti pohon ternyata benar-benar harus bisa aku jalani. Nasihat ini selalu memberiku kekuatan dan semangat untuk terus berjuang dengan keikhlasan. “Lihatlah pohon !” kata beliau saat itu. “Dia selalu meneduhkan.
Dia selalu tumbuh dengan sabar, perlahan tanpa ada batas waktu. Dia selalu bisa menyesuaikan diri dimanapun dia tumbuh. Apapun kondisinya, oksigen selalu disedekahkan untuk sekitarnya. Semua bagian dari pohon bisa bekerjasama dengan baik, penuh rahmad dan keikhlasan tanpa pernah ada yang mengeluh.
Akarnya berfungsi menyokong berdirinya tumbuhan, dia harus kuat dan kokoh meski diterjang angin kencang. Batang pohon sebagai penghubung antara akar dengan tajuk pohon. Daun selalu berisi klorofil yang berfungsi menyerap sinar matahari untuk diolahnya menjadi energy dan gula. Ketika dia berbunga, bunganya tampak cantik dan indah. Ketika ada penyerbukan bisa menghasilkan buah. Buahnya akan dinikmati manusia. Dia selalu ikhlas, penuh kesabaran, selalu berjuang dan bermanfaat sampai akhir hayatnya.”
Mungkin seperti itulah cermin untuk menjadi seorang wanita. Makhluk Allah yang ditakdirkan penuh dengan kemuliaan. Makhluk Allah yang selalu diselimuti dengan keindahan rahasiaNya. Di dalam kemuliaannya harus ada keihlasan dan kesabaran. Di dalam kelembutan dan kelemahannya, wanita harus mampu melindungi, memberikan kasih sayang dan memberikan manfaat untuk keluarga dan sekitarnya.
Wanita harus sehat dan kuat secara mental dan fisik, karena dia juga diibaratkan menjadi akar sebuah pohon, tidak goyah meski diterpa angin yang kencang. Wanita harus cerdas, cerdik dan pandai karena dia harus mampu mengatur dan mengendalikan berbagai hal untuk putra putrinya, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Ibarat daun, wanita harus selalu tabah dan selalu bisa memberi semangat. Semua wanita di dunia ini selalu dipuji dengan sebutan cantik, seperti cantiknya sekuntum bunga, karena memang benar wanita adalah makhluk yang cantik, makhluk yang dirahmati dengan kasih sayang, ditakdirkan untuk mengandung, melahirkan, mengayomi, serta mendidik untuk menjadi insan yang beriman, kokoh dan tangguh.
Jadi, wanita harus bisa menjadi perempuan, yaitu makhluk yang mulia, makhluk yang dianugerahi kemampuan luar biasa. Subhanallah…., Alhamdulillah…, bersyukurlah menjadi seorang wanita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H