Mohon tunggu...
Dwi Kuncoro Hadi
Dwi Kuncoro Hadi Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah Dasar

Hidup adalah perbuatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mandiri dan Kompeten dengan Coaching

13 Maret 2023   08:40 Diperbarui: 13 Maret 2023   09:04 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coaching Leadership Style

Pendidikan disekolah hendaknya disesuaikan dengan kodrat alam yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan murid  berada, serta kodrat zaman yang merupakan muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya di Indonesia. Sebuah konsep tentang praktik baik dalam pendidikan disekolah yang memerdekakan murid setidaknya harus memenuhi 3 kriteria yaitu selalu berpihak kepada murid atau sesuai dengan kebutuhan belajar murid yang didasarkan kepada empati kepada murid, berdampak secara nyata kepada murid atau dengan kata lain ada bukti nyata tentang perubahan positip yang dirasakan oleh murid dan bisa ditiru /direduplikasi dan tentunya dapat dirasakan oleh lebih banyak murid.

Tujuan coaching adalah untuk mendukung pembelajaran murid disekolah, demi membantu mereka dalam meraih tujuan pribadi atau tujuan profesional tertentu. Coaching ini biasanya dilakukan oleh seorang manajerial disekolah  kepada murid, rekan sejawat, komunitas praktisi disekolah terutama untuk meningkatkan pertumbuhan kompetensi hasil belajar yang bersangkutan. Coaching dalam pembelajaran menurut International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai suatu bagian bentuk dari kemitraan antara seorang pendamping (coach) bersama dengan seorang klien (coachee) untuk dapat memaksimalkan potensi secara pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi atau merangsang, merespon  dan mengeksplorasi melakukan penjelajarahan dengan tujuan mencapai pemikiran dan proses kreatif. Ada 3 hal dari definisi  yang dapat diambil yaitu kemitraan atau partnership, memberdayakan atau empowering dan juga optimalisasi.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa coaching adalah suatu proses pembinaan dimana seseorang yang bertujuan untuk membantu memberdayakan potensi dan bakat orang lain dengan cara memfasilitasi pembelajaran diri, pertumbuhan pribadi, dan perbaikan kinerja.  Perbedaan coaching dan guru dalam pembelajaran disekolah, dari segi peran guru tentunya lebih luas lagi perannya dalam menuntun mendidik setiap potensi dan bakat murid , mengajar membimbing murid hingga menjadi teladan bagi muridnya. Sementara peran pelatih hanya sekedar memberi pelatihan sesuai dengan materi , memimpin dan memotivasi anak asuhnya atau muridnya untuk menjadi lebih berprestasi sesuai dengan kompetensi yang ditargetkan.

Setiap orang yang punya keinginan untuk  menjadi lebih baik atau sukses, butuh kehadiran seorang coach. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran disekolah juga bisa menjadi coach bagi murid muridnya. Manfaat paling utama bisa kita dapatkan dari seorang coach sebenarnya adalah mendapatkan feedback yang lebih objektif hasilnya. Kita tidak mungkin bisa untuk mendapatkan feedback yang objektif dari murid murid kita, rekan sejawat , komunitas belajar ataupun orang-orang terdekat kita. Feedback dari mereka pasti tentunya akan lebih subjektif. Kita juga tidak mungkin bisa mendapatkan feedback dari orang-orang yang tidak mengerti tentang kebutuhan belajar murid. Ditambah lagi bila mereka juga tidak begitu mengerti tentang diri kita. Untuki inilah perlu peran penting seorang coach, untuk terus memberikan feedback yang lebih berkualitas dan juga mendorong kita agar lebih giat dalam mengejar tingkat keberhasilan dalam pemebelajaran semua murid kita.

Coaching memainkan peranan yang sangat penting karena membuat murid merdeka dalam belajar untuk mengeksplorasi setiap bakatnya guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Guru sebagai coach harus bisa memberikan tuntunan dan arahan agar murid (coachee) tidak kehilangan arah dan mungkin membahayakan bagi dirinya dimasa depan melalui pertanyaaan pertanyaan yang efektif dalam suatu komunikasi asertif.

Dengan keterampilan coaching dalam berkomunikasi, harapannya murid  kita menjadi lebih terarah dan dapat menemukan solusinya secara mandiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi dan bakat  mereka. Guru diharapkan memiliki suatu keterampilan yang dapat mengarahkan setiap murid  untuk menemukan jati diri dan melejitkan, mengoptimalkan, mengeksplorasi bakat potensi mereka, menjadikan latar belakang mereka sebagai pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran.

Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Wonogiri

Modul 2,3 Coaching Untuk Supervisi Akademik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun