Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Manusia memiliki karakteristik khusus dan unik (Karim, 2020; Wulandari, 2022). Begitu juga dengan peserta didik di kelas yang memiliki keberagaman perbedaan satu dengan yang lainnya. Semua  peserta  didik  berbeda  baik dalam kondisi fisik maupun psikisnya (Purwanto, 2023). Keragaman peserta didik dalam sebuah kelas merupakan tantangan bagi guru dalam mencapai target kurikulum. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar yang beragam. Menurut Tomlinson (2001) Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa sebagai individu. Dalam dunia pendidikan, keragaman peserta didik merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari. Setiap peserta didik memiliki latar belakang, kemampuan, dan gaya belajar yang berbeda. Hal ini menjadi tantangan bagi guru untuk mencapai target kurikulum yang telah ditetapkan. Pendekatan tradisional yang menganggap semua peserta didik belajar dengan cara yang sama sudah tidak relevan lagi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih fleksibel dan adaptif, yaitu pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi pengajaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar individu peserta didik yang beragam. Pembelajaran melibatkan variasi dalam metode pengajaran, materi pelajaran, dan penilaian untuk memastikan bahwa setiap peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan gaya dan kemampuan mereka (Tomlinson, 2001). Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pencapaian akademik mereka. Pendekatan ini berfokus pada memberikan kesempatan yang adil kepada semua peserta didik untuk mencapai potensi mereka secara maksimal (Tomlinson, 2001). Sebagai contoh, peserta didik yang memiliki kemampuan lebih tinggi dalam matematika dapat diberikan tugas yang lebih menantang, sementara peserta didik yang mengalami kesulitan dalam membaca dapat diberikan dukungan tambahan (Gregory & Chapman, 2002).
Menurut Tomlinson (2001) pembelajaran berdiferensiasi memiliki empat ciri, yaitu pembelajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok. Harus berfokus pada kompetensi dasar pembelajaran, Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum, Pengelompokan siswa dilakukan secara fleksibel; misalnya, bisa secara mandiri, berkelompok berdasarkan tingkat kecerdasan, berkelompok berdasarkan modalitas belajar, dan terakhir yaitu siswa secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan arahan guru. Pembelajaran berdiferensiasi ini berpusat kepada siswa atau disebut dengan student center.
Namun, implementasi pembelajaran berdiferensiasi tidaklah mudah. Guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dan potensi peserta didik, serta kemampuan untuk merancang strategi pengajaran yang efektif. Selain itu, dukungan dari pihak sekolah dan kebijakan pendidikan juga sangat penting untuk memastikan keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi (Gregory & Chapman, 2002). Guru seringkali menghadapi kesulitan dalam merancang materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didik. Selain itu, keterbatasan waktu dan sumber daya juga dapat menjadi hambatan dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi (Hall, 2002). Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan dukungan dari pihak sekolah dan kebijakan pendidikan. Sekolah dapat menyediakan pelatihan dan sumber daya yang diperlukan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Selain itu, kerjasama antara guru, orang tua, dan peserta didik juga penting untuk memastikan keberhasilan implementasi pembelajaran berdiferensiasi (Tomlinson & Allan, 2000).
Sebelum memulai pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu memastikan bahwa instruksi pengajaran, bentuk asesmen dan penilaian yang direncanakan selaras dengan tujuan pembelajaran dalam kurikulum untuk topik atau unit yang akan dipelajari. Tomlinson (2001) menekankan bahwa untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan efektif, guru harus mampu melakukan penilaian awal terhadap kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Penilaian ini dapat dilakukan melalui tes diagnostik, observasi, atau diskusi dengan peserta didik. Dengan demikian, guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan minat peserta didik. Ketika guru sudah mengetahui kemampuan dan kebutuhan siswa, guru dapat merespon dengan mendiferensiasikan. Strategi pembelajaran berdiferensiasi dapat meliputi berbagai aspek, konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Diferensiasi konten melibatkan penyesuaian materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Konten merupakan apa yang dipelajari oleh siswa dan darimana mereka memulai, konten berhubungan dengan apa yang akan murid-muird ketahui, pahami dan yang akan dipelajari.Dalam hal ini guru akan memodifikasi bagaimana setiap murid akan mempelajari suatu topik pembelajaran. Diferensiasi proses mengacu pada variasi dalam cara penyampaian materi dan aktivitas pembelajaran, dalam arti lain adalah aktivitas murid dalam mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan berdasarkankonten yang akan dipelajari. Aktivitas akan dikatakan efektif apabila berdasarkan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan murid. Cara guru membantu siswa belajar melalui instruksi pengajaran dan asesmen. misalnya, meneliti suatu topik yang telah disiapkan pada pos-pos belajar, berpartisipasi dalam metode jigsaw, mengidentifikasi persamaan dan perbedaan. Lalu, produk melibatkan variasi dalam jenis penilaian yang digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik, produk merupakan output dari apa yang telah mereka pelajari. Misalnya, membuat produk berdasarkan pilihan yang tersedia (choice board), presentasi lisan atau tertulis. Sementara itu, lingkungan belajar melibatkan penyesuaian lingkungan fisik dan sosial untuk mendukung kebutuhan belajar peserta didik; misalnya, ruang kelas yang tenang atau sibuk, bekerja sendiri atau berkelompok (Heacox, 2012).
Peran guru dalam pembelajaran berdiferensiasi sangat penting. Guru perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan, minat, dan gaya belajar peserta didik. Mereka juga perlu memiliki keterampilan dalam merancang dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sesuai. Hal ini melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, merancang kegiatan pembelajaran yang bervariasi, dan menggunakan berbagai metode penilaian untuk mengukur pencapaian peserta didik (Tomlinson & Imbeau, 2010). Selain itu, guru juga perlu mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung. Ini melibatkan membangun hubungan yang positif dengan peserta didik, mendorong partisipasi aktif, dan menyediakan dukungan yang dibutuhkan peserta didik untuk berhasil. Guru juga perlu bekerja sama dengan rekan sejawat, orang tua, dan pihak sekolah untuk memastikan bahwa semua peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang optimal (Gregory & Chapman, 2002).
Pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu peserta didik mencapai target kurikulum dengan cara mengakomodasi kebutuhan belajar mereka. Kurikulum  merupakan  bagian  terpenting  dalam sebuah pendidikan, adapun istilah kurikulum ini berasal dari kata "currere" yang artinya menjalankan atau mencari (Arumsari & Susanti, 2023). Sedangkan menurut Wahyuni (2015) mengatakan bahwa kurikulum di dalam sebuah  pendidikan  digunakan  sebagai  suatu  tujuan  dilaksanakannya  pendidikan yang ada di Indonesia.
Di Indonesia bahasan tentang kurikulum termuat dalam Undang-Undang Peraturan Pemerintah Nomor 57 tentang  Standar  Nasional  Pendidikan  tahun  2021  yang menyatakan  bahwa kewajiban  mengembangkan  kurikulum  yang  bervariasi  sesuai  dengan  karakteristik  daerah  setempat,  satuan  pendidikan  serta  peserta  didik. Dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dengan cara yang sesuai dengan gaya dan kemampuan mereka, pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan retensi materi pelajaran, serta meningkatkan pencapaian akademik peserta didik (Tomlinson, 2001).
Pembelajaran berdiferensiasi dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi peserta didik. Misalnya, sebuah studi oleh Reis (2011) menemukan bahwa peserta didik yang belajar dalam lingkungan yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pencapaian akademik mereka. Didukung juga oleh Housand dan Housand (2012) juga menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu peserta didik yang memiliki kebutuhan belajar khusus untuk mencapai potensi mereka secara maksimal. Penelitian oleh Subban (2006) menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan pencapaian akademik peserta didik dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Subban juga menekankan pentingnya dukungan dari pihak sekolah dan kebijakan pendidikan untuk memastikan keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi.
Dalam menghadapi keragaman peserta didik, pembelajaran berdiferensiasi menjadi kunci untuk mencapai target kurikulum. Sejalan dengan Nurrahma (2024) Pemenuhan target kurikulum merdeka oleh peserta didik yang beragam dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Guru perlu terus mengembangkan keterampilan dan pemahaman mereka tentang strategi pembelajaran berdiferensiasi, serta mendapatkan dukungan yang diperlukan dari pihak sekolah dan kebijakan pendidikan. Dengan demikian, semua peserta didik dapat mendapatkan kesempatan yang adil untuk mencapai potensi mereka secara maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H