Mohon tunggu...
Dwi AnantoAji
Dwi AnantoAji Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Berperan Aktif Lah Untuk Lingkungan Sekitarmu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Bahasa Mentawai melalui Novel Burung Kayu

29 Mei 2022   15:38 Diperbarui: 29 Mei 2022   15:39 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Novel merupakan karya sastra berbentuk proposa yang sudah ada sejak awal abad ke-18 dan hingga kini, Novel menjadi pilihan bacaan untuk orang yang gemar membaca. Kemenarikan alur cerita, tokoh dan genre tentunya menjadi suatu pemicu pembaca untuk membaca novel tersebut. 

Review Novel Burung Kayu kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan Novel Burung Kayu ya walaupun Novel ini termasuk Novel Baru, Novel ini karya Niduparas Erlang. awalnya saat saya membaca Novel ini sempat merasa bingung, akan tetapi setelah mulai tau bagaimana ceritanya trnyata seru juga. saya ikut terbawa dalam suasana, antaranya rasa kesal dan sedih menjadi satu. 

Novel ini menceritakan tentang konflik antar suku serta adat-istiadat Suku Mentawai. Diceritakan mengenai awal mula konflik antar uma keluarga Legeumanai dengan uma di seberang sungai. 

Pengarang sampai melakukan penelitian untuk mengenal kehidupan masyarakat Mentawai. Novel terbitan Juni 2020 ini bahkan dinobatkan sebagai naskah yang menarik perhatian juri sayembara novel DKJ Tahun 2019. 

Pertikaian bermulai pada babi sigelag yang dijadikan alat toga keluarga Babuisiboje untuk menikahkan anak laki-laki mereka dengan adik perempuan Baumanai. Namun, babi itu hilang dan ternyata kembali ke rumah keluarga Babuisiboje. Keluarga Baumanai mencari dan menanyakan babi miliknya pada keluarga Babuisiboje akan tetapi keluarga Babuisiboje berbohong dan mengatakan mereka tidak tahu tentang babi tersebut. Namun, adik perempuan Baumanai melaporkan pada keluarganya bahwa keluarga Babuisiboje telah memakan babi tersebut. Mendengar hal itu, keluarga Baumanai meminta keluarga Babuisiboje membayar tulou atau "denda" akan tetapi tidak digubris oleh keluarga Babuisiboje.Dan terjadilah insiden pembunuhan yang dilakukan Baumanai bersama adiknya Pabelemanai pada keluarga Babuisiboje. 

Bukan hanya konflik antar keluarga Legeumanai, pada karya ini juga diceritakan konflik antar suku lainnya di mana terdapat ritual. 

Menurut saya, keseluruhan isi buku ini cukup mengesankan, terlebih isi cerita yang mengangkat mengenai kebudayaan metawai yang masih sangat jarang di Indonesia. Hanya saja tidak disertakannya glosarium ataupun footnote di dalam buku sedikit membuat saya sebagai pembaca kewalahan saat membaca buku ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun