Era industri 4.0 merupakan era industri transisi. Era ini memberdayakan peran digitalisasi manufaktur pada jaringan supplai yang melibatkan integrasi informasi dari berbagai sumber dan lokasi untuk menggerakkan manufaktur dan distribusi secara fisik. Pemanfatan sistem terintegrasi tidak terbendung termasuk dalam konteks adaptibilitas akuntansi manajemen. Era industri 4.0 memiliki lima prinsip yang memungkinkan setiap perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan berbagai skenario 4.0, diantaranya adalah inter operabilitas, tranparansi informasi, bantuan teknis, kemampuan sistem siber-fisik, dan keputusan mandiri.
Sebagai salah satu profesi yang sangat penting dalam dunia ekonomi, seorang akuntan dituntut untuk memahami kode etik untuk menjaga mutu dan kepercayaan para pengguna jasa didalamnya. Kode etik profesi akuntan terdapat pada etika profesi akuntansi yang mengatur kaidah serta norma dalam lingkup profesional. Etika profesi akuntansi yaitu ilmu yang membahas perilaku atau perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai akuntan. Tanpa kode etik, seorang akuntan dapat saja tidak dipandang karena minimnya sifat dasar atas penerapan kode etika dalam profesionalitasnya. Dalam profesi akuntansi, skandal yang bertentangan dengan kode etik merupakan masalah besar. Itulah sebabnya Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengeluarkan kode etik yang harus dipatuhi oleh akuntan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kedepan profesi jasa penilaian, akuntansi, dan akturia akan digantikan oleh robot. Penggunaan ini akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan. Banyak perusahan besar yang telah mengembangkan teknologi ini, karena didukung oleh standarisasi atas proses pengolahan keuangan, standarisasi atas arsitektur sistem dan informasi. Diprediksi akuntansi berubah menjadi teknologi akunting berbasis "big data" termasuk didalamnya otomatisasi penjurnalan dan pembuatan laporan keuangan. Profesi akuntan dalam revolusi industri 4.0 yang berkembang dengan pesat perlu melakukan tindakan untuk bisa bertahan dalam menghadapi tantangan dan memberikan nilai tambah.
Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo berbagi lima saran agar profesi akuntan dapat tetap relevan bahkan memberikan nilai tambah bagi penggunya di era revolusi industri 4.0. Saran yang diberikan yaitu pertama, memperkuat keahlian akuntansi sebagai core competency. Kedua, menjaga nilai dan standar etika yang tinggi (integritas) serta tidak mengizinkan fraud.
Ketiga, Â memperluas pengetahuan terkait teknologi informasi, komunikasi dan manajemen. Keempat, mampu menyederhanakan permasalah dan memberikan solusi (professional judgment) bagi para penggunanya bukan hanya melakukan pekerjaan pencatatan, pengolahan, dan pemilihan transaksi. Kelima, menjaga kepercayaan (trust) dalam memberikan saran (professional judgment) bagi para penggunanya.
Peran akuntan akan berubah secara radikal. Penggunaan data akuntansi berbasis Cloud akan mendapat pengaruh kekuatan penggunaan big data, akuntansi akan mengintegrasikan informasi keuangan nontradisional dalam sistem modern, pekerjaan akuntan akan lebih efisien dan mobile. Akuntan adalah expert dalam bidang penyedia informasi keuangan, maka teknologi informasi sangat penting dan menjadi kebutuhan pokok.
Saat ini di Jepang sendiri telah meluncurkan program Society 5.0, dalam Bahasa Indonesia Society berarti masyarakat. Society 5.0 atau Masyarakat 5.0 adalah konsep teknologi masyarakat yang berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi (AI dan IoT) untuk menyelesaikan masalah sosial yang terintegrasi pada ruang dunia maya dan nyata. Jadi pada dasarnya Society 5.0 merupakan era baru dalam kehidupan bermasyarakat yang sudah terintegrasi dengan sistem teknologi berupa IoT (Internet Of Things) dan AI (Kecerdasan Buatan) yang dapat memproses big data dan menganalisa data tersebut.
Peran akuntan di dalam menyajikan laporan keuangan harus dapat menyatakan hasil yang konkrit nilai-nilai faktor sukses, seperti kualitas produksi yang tinggi, penilaian pada pegawai, pelanggan yang puas dan loyal tidak hanya dalam satu unit monetary saja tapi akan jauh lebih luas hingga dalam perilaku, yang terlihat secara eksplisit dari informasi yang diberikan oleh teknologi sistem akuntansi itu sendiri.
Untuk menghadapi tantangan era society 5.0 akuntan perlu melalukan lima hal berikut ini: melakukan investasi pada pengembangan digital skills; menerapkan prototype teknologi baru, sambal learn by doing; pendidikan berbasis international certification; responsif terhadap perubahan industri, bisnis dan perkembangan teknologi; kurikulum dan pembelajaran berbasis human-digital skills (untuk institusi pendidikan).
Â
Â
Penulis: Ridho Pramana Aji, Dwi Indria Ningsih
(Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Muhammadiyah Riau)
Pembimbing: Bapak Agustiawan, SE., M.Sc., Ak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H